Senin, Desember 18, 2006

Ketika Warga Carangrejo, Sampung, Ponorogo, Gelar Bersih Desa, Apa yang Unik?

Sabtu, 16 Des 2006

Sebar Pasir Sepanjang Jalan, Diakhiri Pesta Gulai Kambing
Acara bersih desa ternyata dapat dikemas khidmat, menarik lagi unik. Warga Dusun Ringinputih, Desa Carangrejo, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, menandainya dengan prosesi berjalan kaki menyisir kampung di tengah malam sembari melafalkan ayat Kursi. Ada sesuatu yang hendak diraih lebih?

HADI WINARSO, Ponorogo
---

GERIMIS ikut menandai tahlil di perempatan dusun itu. Hujan mulai reda saat modin desa menyampaikan prakata. Corong ganti diserahkan ke seorang ulama yang memberikan sekapur sirih tujuan doa bersama.

Tahlil dan kalimah toyibah pun berkumandang lama. Para lelaki Dusun Ringinputih mengikutinya dengan takzim. "Bersih desa bukan sekadar agar kita aman dan tenteram serta lancar mencari rejeki. Ini upaya mencari cahaya di atas cahaya," petuah KIai Ridwan.

Ridwan rasanya tak berlebihan. Ada doa khusus yang sengaja dilafalkannya dan wajib diikuti peserta tahlil. Kondisi umat sekarang ini, menurut Ridwan, cukup merisaukan. Kadar iman dan iksan mereka mulai menipis. "Padahal, iman dan iksan harus senantiasa dipegang kuat agar kita selamat dunia-akhirat," tandasnya.

Menariknya, Ridwan mensyaratkan agar peserta tahlil tak langsung undur diri. Selain menyantap gulai kambing yang sudah dimasak sejak pagi, warga diminta kirab bersama dari ujung barat dusun. Lampu petromak dan obor segera disulut. Lelaki tua-muda berduyun-duyun menuju kediaman Ridwan.

Kepala dusun Ringinputih, Rusmanto, didaulat menerima cundrik (semacam tombak) yang bakal diarak keliling kampung. "Pusaka itu dulu yang dipakai untuk babad dusun sini, mengusir kawanan ular," ungkap sesepuh desa.

Selain cundrik, sebungkus pasir juga diserahkan ke peserta kirab. Pasir laut itu disebar ke sepanjang rute jalan yang dilalui. Rombongan kirap lebih dulu berarak ke tapal batas dusun di barat daya. Adzan langsung dikumandangkan lalu ditimpali doa sang kIai.

Di tahun-tahun sebelumnya, Ridwan hanya menyuruh sebagian santrinya membaca ayat suci sambil berkeliling dusun. Kali ini, warga sengaja dilibatkan. "Di sepanjang perjalanan, bacalah ayat Kursi tanpa henti," pesan Ridwan.

Ular-ularan warga yang berjalan kaki dengan alat penerangan tradisional membelah malam. Ayat kursi juga terdengar sayup. Lewat prosesi ini diharapkan tak hanya warga Ringinputih yang mendapat "keselamatan", namun juga penduduk yang tinggal di sekelilingnya. Bahkan, siapa pun yang ikut melintas di jalanan dusun itu.

"Mudah-mudahan tak ada pagebluk, panen juga berhasil. Pak Ridwan kalau ada sesuatu yang dianggap gawat biasanya berjalan seorang diri mengelilingi dusun," pinta seorang nenek saat peserta kirab lewat.

Tata cara bersih desa belum selesai semalam itu. Paginya, warga setempat masih menyembelih kambing di tempat yang dikeramatkan. Seekor kambing jantan digiring ke lokasi dan dimasak beramai-ramai di situ. Selepas salat Jumat, kenduri digelar.

Kasun Rusmanto sempat mengacungi jempol terhadap kerukunan warganya ini. "Biaya ditanggung iuran semua RT, hitungannya tiap-tiap satu rumah menyumbang dengan batas minimal. Bersih desa rutin dilaksanakan tiap tahun," kata Rusmanto.

Toleransi beragama, lanjut dia, juga selalu terjaga di Ringinputih. Warga muslim selaras hidup berdampingan dengan non muslim. Untuk urusan kenduri, semuanya diundang tanpa perbedaan. "Di sini komplit. Muslim, nasrani dan kejawen, mereka rukun-rukun saja." ***

Tidak ada komentar: