Sabtu, Desember 06, 2008

Jadwal Acara Grebeg Suro Tahun 2008

Salam Sejahter semuanya...
setelah lama blog ini tidak saya tengok, harap maklum gaptek jadi sering lupa passwordnya buat login.

berikut jadwal acara Grebeg Suro tahun 2008 silakan di unduh di sini






Rabu, Agustus 15, 2007

Yang Kreatif dan Berkilau


Artikel dari
Majalah Tempo Edisi 23-29 Juli 2007.
Bagus buat percontohan
Semoga bapak- bapak dan ibu- ibu dan segenap warga yang di Ponorogo terisnpirasi, menuju pemerintahan yang bersih, melayani masyarakat dengan sepenuh hati, memajukan perekonomian, pelayanan publik yang bersih dan transparan.

Yang Kreatif dan Berkilau



PARA pegawai negeri telah meninggalkan baju safari cokelat. Di lobi kantor pelayanan umum Jembrana, Bali, penampilan seorang petugas front office mendekati teller sebuah bank. Berseragam rok span dan kacu biru, mereka sigap memeriksa bermacam dokumen. Di bawah pendingin ruangan, orang-orang antre, sesuai dengan nomor urut. Sebuah monitor besar menunjukkan nomor orang yang mendapat giliran.

Di kantor itusebutan resminya Dinas Inyahud: Informasi, Pelayanan Umum, Perhubungan, dan Datasegala jenis izin dan dokumen penting diterbitkan secara terbuka. Semuanya jelas: ongkos, waktu, dan syarat-syarat, tak ada perbedaan antara aturan dan prakteknya. Situs jembarana.go. id memuat detail informasi seputar kabupaten di ujung barat Pulau Bali itu. Izin usaha, misalnya, keluar dalam sepuluh harisepersepuluh rata-rata izin di Indonesia.

Kalau cuma KTP, tiga hari beres, gratis pula, kata Dewa Putu Tilem, Kepala Dinas Inyahud, tiga pekan lalu.

Adalah Prof Dr drg I Gede Winasa, 50 tahun, yang berhasil menyulap Jembrana menjadi kabupaten one stop service. Sebelum sampai sana, prioritas saya menumpas korupsi, kata Winasa, Bupati Jembrana yang kini memasuki jabatan periode kedua. Setelah dilantik pada periode pertama tahun 2000, Winasa mengumpulkan ahli dari Universitas Udayana, tokoh masyarakat, dan LSM untuk minta masukan.

Kesimpulannya: perlu tunjangan bagi semua pegawai, dari eselon II-A, yang dijabat sekretaris daerah, hingga pekerja honorer. Dulu penghasilan diperoleh sembunyi-sembunyi, sekarang legal, kata Winasa. Begitu muncul tunjangan, perlahan-lahan pungutan liar sirna. Butuh dua tahun menumpas penghasilan ilegal itu.

Semuanya diawali dengan kondisi serba sempitserba salah. Winasa mewarisi wilayah berpendapatan cuma Rp 12 miliar dan anggaran (APBD) Rp 269 miliar. Ia berusaha memperbaiki pelayanan publik, tapi dana sebesar itu biasanya habis hanya untuk menutupi kebutuhan rutin. Ia tak berhenti di situ. Langkah pertamanya: menciutkan 13 dinas menjadi tujuh. Dinas yang punya fungsi mirip digabungkan. Inyahud merupakan gabungan tiga instansi. Di luar itu ada juga Dinas Perkutut, yang meliputi pertanian, kehutanan, dan kelautan.

Dari hasil penciutan itu, APBD menghemat Rp 3 miliar setahun. Anggaran proyek disesuaikan dengan harga riil, sehingga separuh dana proyek yang diminta tiap dinas bisa dipangkas. Dana hasil penghematan itu lantas dibelikan premi lewat Jaminan Kesehatan Jembrana. Warga hanya wajib membayar Rp 10 ribu setahun, sedangkan sisanya ditanggung pemerintahdana awalnya Rp 3,3 miliar yang terus naik mencapai Rp 20 miliar.

Beres dengan kesehatan, ia melangkah ke ranah pendidikan. Kali ini dengan subsidi Rp 90 miliar untuk menggratiskan sekolah, dari SD hingga SMU negeri. Belakangan, pajak sawah juga gratis.

Dan Winasa bergerak terus. Untuk mengatasi 2.500 orang angkatan kerja baru yang lahir setiap tahun, ia menggandeng pengusaha hotel dan peternak sapi dari Jepang. Kebetulan ia pernah tinggal di sana pada 1989-1994, sewaktu mengambil pendidikan keahlian di Hiroshima University. Kini sudah 200 lulusan SMU dikirim setelah diberi pelatihan yang ongkosnya dibayar dengan potongan gaji. Mereka rata-rata mengirim Rp 3 juta sebulan kepada keluarga. Meski begitu, masih ada 6.000 orangdari 135 ribu orang angkatan kerjamenganggur.

Jembrana melesat cepat. Sebelumnya, ekonomi Jembrana hanya tumbuh 3-4 persen; sekarang telah bergerak dengan kecepatan 7 persen per tahunmengalahkan daerah lain yang punya anggaran melimpah. Tak aneh, banyak bupati berkunjung ke Jembrana untuk memetik pelajaran. Kini Winasa sedang menularkan kiat-kiatnya kepada istrinya, Ratna Ani Lestari, yang menjadi Bupati Banyuwangi, Jawa Timur.

Jurus jitu yang mirip Jembrana ditempuh Purbalingga. Dengan anggaran hanya Rp 490 miliar, Bupati Triyono Budi Sasongko, 51 tahun, menjadikan kabupaten di barat Jawa Tengah itu loh jinawi. Padahal tak ada retribusi atau kekayaan alam. Purbalingga tak berada di jalur pantai utara Jawa yang ramai. Tapi, di sini tak ada gratisan.

Tak bagus buat mental masyarakat, kata Triyo. Bagi-bagi beras untuk keluarga miskin disiasati dengan program padat karya. Setiap empat jam bekerja membuat infrastruktur umumseperti irigasi atau jembatanupahnya 2,5 kilogram beras.

Awalnya Rp 2 miliar harus keluar dari APBD untuk membeli berasdi samping Rp 491 juta dari sumbangan warga. Belakangan, duit APBD kian susut dan swadaya justru naik. Cara ini ampuh ketika tahun lalu Indonesia dicengkam paceklik. Beras Purbalingga yang tertahan karena kalah oleh beras impor tetap terserap. Petani tak kehilangan pendapatan, orang miskin tetap bisa makan, infrastruktur juga tergarap. Purbalingga memang kreatif, ini pujian Faisal Basri, ekonom Universitas Indonesia.

Di bidang kesehatan, Triyono juga menerapkan premi. Warga kaya diwajibkan membayar Rp 100 ribu setahun, menengah Rp 50 ribu, dan gratis bagi keluarga miskin. Dari 200 ribu keluarga, 70 persen sudah ikut program ini. Triyono tak membuat rumah sakit mewah dengan fasilitas lengkap. Masalah di kabupaten saya soal akses, katanya. Saya pilih mendekatkan pusat kesehatan ke rumah warga. Kini di tiap desa berdiri satu poliklinik dengan satu dokter dan satu bidan.

Sebelum Jembrana terkenal dengan perizinan satu atap, Purbalingga lebih dulu menerapkannya. Sudah 18 pengusaha Korea dan Cina membuka pabrik rambut dan alis palsu di sana. Industri ini menyerap 26 ribu pekerja.

Wig van Purbalingga itu diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Korea Selatan, dan Timur Tengah senilai Rp 270 miliar per tahun. Meski sumbangan industri rambut terhadap pendapatan asli daerah (PAD) tak terlalu besar, Triyono tak mempersoalkannya. Ia lebih mencatat manfaatnya. Satu bulan gaji pekerja itu Rp 13,5 miliar, tak sanggup kalau ditanggung pemda, katanya. Ekonomi daerah penghasil knalpot itu pun tumbuh 7 persen per tahun, dengan PAD naik dari Rp 8 miliar pada 2000 menjadi Rp 47 miliar tahun lalu.

Menurut Robert Simanjuntak, ekonom UI yang banyak meneliti daerah, dari 460 wilayah tingkat dua, kabupaten yang punya program bagus tak sampai 10 persen. Padahal daerah itu rata-rata punya kas cekak. Kreativitas para bupatilah, kata Robert, yang membuat daerahnya berkilau di era otonomi selepas krisis ini.

Zaman telah berubah. Kesenjangan antara daerah kaya dan daerah miskin kian lebar. Sebelum otonomi (1 Januari 2001), rasio anggaran daerah terkaya hanya tujuh kali daerah termiskin. Kini 15 kali: APBD kabupaten terkaya di negeri ini mencapai Rp 3,7 triliun, sedangkan termiskin Rp 200 miliar.

Sayangnya, dalam pelbagai penelitiannya, Robert menemukan bahwa daerah kaya cenderung menghamburkan duit bukan untuk sektor layanan publik atau subsidi. Tujuh puluh persen anggaran habis untuk biaya rutin, seperti gaji dan membangun gedung megah, katanya. Ya, modal tanpa kreativitas adalah kesia-siaan.




Jumat, Agustus 10, 2007

Wisata Selo-Ketep-Kopeng

Kemarin hari sbatu tgl 04 Agustus 2007, dapet undangan acara temen Aqiqah anaknya di Sukoharjo. Minggu pagi pas balik ke Semarang rombongan mampir dulu ke jalur wisata andalan

Jawa Tengah : SOLO - SELO - BOROBUDUR

Memang asyik.. sepanjang jalan hawa dingin dan segar pegunungan merbabu dan merapi, kan jalur ini di apit dua gunung tersebut. Hamparan sawah dan kebun sayur sepanjang jalan bikin mata segerrrrrrr tenan.

Jalan sudah bagus mulus dah aspalnya, banyak tempat wisata di jalur ini, gardu pandang, pos pendakian ke Gunung Merapi, Pos Pengamatan Gunung Merapi, Volcano Theatre, Wisata kebun buah terutama Strobery, Tanaman Hias , Candi, air terjun, penginapan lengkap dah.

Cukup satu jalur banyak tempat bisa dikunjungi. Berikut foto fotonya.
Kalo ini dari gardu pandang di New Sela, tuh yang dijuah tampak kaki Gunung Merbabu, puncakknya ketutup kabut.
nih berpose di depan pos pendakian terakhir di Selo, Boyolali.
Nah dikaish nama baru tuh NEW SELA, tulisannya gede gede bisa diliat dari jauh di jlaur Selo - Borobudur. Pas di belakang bangunan ni jalur menuju puncak Merapi. Kalo gak da kabut bakal keliatan tuh G Merapinya pas dibalik kabut .

Gambar Selanjutnya



Nih berfoto sama Allen, kalo gak salah sebut ya.. lupa nanya asalnya juga hehhe... " Allen nice to meet you :-) "













kalo yang ini sama ....... maaf lupa yang aku ingat dia dari France temennya Zidane kali ya...





















kalo ini ulah orang yang tidak bertanggung jawab, aksi corat coret yang gak perlu bikin kotor aja. Nih bukan pecinta alam sejati dah .







Nih pas makan jagung bakar di Ketep, asyik dah dah adem makan jagung bakar hmmm nyam nyam.......










Kalo yang ini...
No comment
dach



Foto foto lainnya liat di Album Photo Taro








Rabu, Agustus 01, 2007

Kasni Gunapati ( mBah Wo Kucing )


Kasni Gunapati
Originally uploaded by jajay

berikut jagoannya must prie :-)

beliau adalah sesepuh warok Ponorogo yang tinggal di Kauman, Sumoroto +/- 5 km arah barat dari kota Ponorogo.

nama lengkapnya Kasni Gunapati. sama mas jajay dinominasikan sebagai tokoh Maestro di Metro TV. YUk dukung bareng bareng....Berhubung ni poto diposting tgl 20 Desember 2006, mungkin mas jajay bisa kasih konfirmasi gimana perkembangan terakir dengan usulan nominasi tokoh Maestro di Metro TV nya ?

Mbah Wo salam kenal, nuwun sewu .... nggih , ki putune jenengan nakal ra kenal karo sesepuhe.
Bener nih saya baru kali ini melihat photonya Mbah Wo Kucing, sang Maestro kita...
padahal jarak rumahnya dengan rumhaku nggak terlalu jauh juga :-(