Kamis, Desember 07, 2006

Imam Mujahid, Guru SMPN 3 Sambit, Ponorogo, Juara Lomba PAI Nasional



Kamis, 07 Des 2006

Sempat Dicemooh, Ajak Guru Agama Lebih Kreatif
Satu lagi guru di Ponorogo meraih prestasi tingkat nasional. Itu setelah Imam
Mujahid, berhasil menyebat juara pertama Lomba Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP tahun 2006 yang digelar oleh Badan Litbang Departemen Agama RI di Jakarta. Bagaimana Imam menyikapi hasil karyanya di tengah cemoohan dan pujian?

BUDI SETYAWAN, Ponorogo

SISTEM pembelajaraan kontekstual mengilhami, guru SMPN 3, Sambit, Ponorogo, ingin memberikan aspirasi terhadap dunia pendidikan. Sebab, pembelajaran kontekstual lebih mengarah pada pendekatan yang berorientasi pada dunia atau pengalaman nyata. Selain itu, metode ini merupakan sebuah pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir aktif, kritis dan kreatif.


Hasil dari pembelajaran tersebut siswa memiliki motivasi belajar semakin tinggi sekaligus memiliki kesan mendalam terhadap hasil pembelajaran. Oleh karena itu, di era KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), saat ini, pembelajaran kontekstual dirasa masih sangat relevan untuk diterapkan pada beberapa mata pelajaran, khususnya Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Mata pelajaran PAI itu sendiri banyak bersifat dogmatis dan normatif. Cakupan materinya sangat luas, serta pada umumnya PAI bagi siswa merupakan pelajaran yang kurang menarik.

"Ini semua akibat pengaruh dunia global dan hedonisme, sehingga seorang guru agama lebih-lebih di sekolah umum harus benar-benar kreatif untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, penuh apresiasi, aktif, kreatif dan sebagainya," jelas Imam Mujahid, kemarin.

Dari sinilah, beberapa bahan kajian diperoleh untuk mengikuti lomba diadakan sejak bulan Agustus 2006 dan diakhiri tanggal 13 November 2006 yang lalu. Bertempat di Gedung Museum Istiqlal Bait Alquran lantai III Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Sedangkan pesertanya adalah Guru Pendidikan Agama Islam SMP seluruh Indonesia.

Untuk naskah yang masuk panitia sejumlah 70 buah. Dari naskah tersebut, jelas Imam, kemudian diambil 18 besar. Selanjutnya diambil lagi tinggal 11, kemudian diambil 9 besar. Dari 9 besar ini kemudian dicek ke lapangan untuk presentasi, setelah itu diambil 6 besar sebagi finalis. "Dan alhamdulillah saya masuk enam besar," ungkapnya.

Kemudian dari keenam finalis ini presentasi lagi di hadapan para juri yang profesor dan guru besar untuk menentukan juara 1-6. Dari hasil presentasi ini keluar sebagai juara I adalah Imam Mujahid, guru PAI SMP Negeri 3 Sambit Ponorogo. Sedangkan judul naskah yang diambil adalah "Menumbuhkan benih iman dengan pembelajaran kontekstual ". Intinya aplikasi pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PAI serta kolaborasi dengan model pembelajaran quantum learning dan quantum teaching.

Menurut dia, perjuangan menuju puncak juara I memang berat. "Karena selain pesaingnya juga karena kita harus bekerja keras menguras tenaga pikiran dan biaya untuk menguasai konsep dan aplikasinya," tegasnya.

Termasuk harus menguasai juga tentang TI (teknologi informasi) untuk mendukung suksesnya presentasi. Yang menarik, untuk biaya mengikuti lomba terutama transportasi ke Jakarta ada beberapa orang yang simpati kepadanya.

Soal kesuksesan meraih juara nasional, Imam mengaku cukup beragam. "Walaupun memang ada yang cuek dan ada pula yang mencemoohkan. Tapi itu wajarlah memang ini sifat dari manusia," ungkapnya.

Terhadap hasil karyanya ini, Imam mengisyaratkan bahwa apresiasi atau reward terhadap orang-orang berprestasi khususnya kepada guru atau kepada siswa masih harus ditingkatkan. Karena masih terlihat bahwa pada umumnya masyarakat termasuk sebagian pejabat kita misalnya keberpihakan terhadap pendidikan dan dunia ilmu pengetahuan masih rendah. "Mereka mungkin masih lebih berpihak kepada dunia infotainment atau dunia politik," pungkasnya. ***

Tidak ada komentar: