Selasa, 28 Nov 2006
PONOROGO - Memalukan. Hanya gara-gara pembagian "kue" yang dianggap kurang merata antaranggota DPRD Ponorogo, mereka saling eker-ekeran. Bahkan, dalam rapat tertutup kemarin, di antara anggota dewan saling mblejeti sejumlah agenda dewan yang berbau anggaran atau fulus.
Lalu "kue" apa yang dipergunjingkan tersebut? Di antaranya, yang terkait kunjungan kerja (kunker), anggaran workshop, hasil audit BPK hingga yang paling gres soal kabar dana pelantikan Bupati dan Wakil Bupati (Wabup). Termasuk, pelantikan Sekretaris Kabupaten (Sekkab). Kedua acara ini konon ada anggaran khusus untuk wakil rakyat hingga Rp 650 juta.
Situasi dalam rapat tertutup kemarin berlangsung dengan tensi tinggi. Suasana kian panas karena diselingi saling ancam untuk melakukan sumpah segala. Lantaran permasalahan yang diungkap termasuk sensitif, beberapa anggota dewan memilih keluar sidang.
Dengan alasan, karena yang dirembuk lebih mengarah soal dana yang tidak merata dari pada memperhatikan rakyatnya.
Menurut sumber koran ini yang ikut rapat evaluasi di lantai tiga gedung dewan tersebut, awalnya rapat lebih banyak membicarakan soal agenda kunker. Di mana, masih ada anggota dewan yang tetap menerima dana perjalanan kunker, tapi tidak ikut sampai tujuan.
Juga berbagai permasalahan lain yang notabene masih ada kesenjangan antara anggota dewan yang masuk panitia anggaran (panggar) dan yang bukan (non-panggar). "Awalnya, rapat berjalan terkait masukan termasuk evaluasi terhadap kinerja dewan saat ini. Tapi tiba-tiba sempat ada yang menyingung soal dana pelantikan bupati dan sekkab segala untuk anggota dewan," ujar sumber tadi.
Lanjut sumber tadi, ada suara yang berkembang di luar soal dana sebesar Rp 400 juta saat pelantikan bupati dan wabup ditujukan ke dewan. Juga pelantikan sekkab katanya sudah diplot Rp 250 juta. Nah, karena diantara anggota dewan merasa tidak menerima sepeserpun, berusaha untuk melakukan klarifikasi pada pimpinan dewan. Bahkan saat rapat kemarin, sempat dituding salah seorang nama yang membocorkan dana tersebut.
Anggota dewan dari Fraksi Demokrat (FD) DPRD, Dyah Antarukmi, tampaknya gerah juga ketika muncul kabar tersebut. Apalagi, sampai saat ini, dia mengaku tidak sepeserpun menerima uang tersebut. "Kita hanya ingin tahu bagaimana kabar itu sebenarnya. Karena banyak anggota dewan yang saling ngomong," jelasnya saat dicegat koran ini sebelum masuk mobilnya, kemarin.
Karena kabar tersebut sudah tersebar, dia tidak ingin langsung menjadi pembenar. "Kalau memang tidak benar ya sudah. Soal rezeki, saya tidak nggege mangsa," tegasnya.
Tampaknya, permasalahan ini membuat pimpinan dewan ikut panas juga. Apalagi, kabar tanpa disertai bukti dan saksi tersebut langsung diungkap dalam rapat. Ketua DPRD Ponorogo Supriyanto ketika akan dikonfirmasi keburu masuk mobilnya. Namun dia sempat mengatakan semua permasalahan akan bisa diselesaikan.
Sementara Ibnu Multazam, Wakil Ketua DPRD tampaknya tidak akan membiarkan masalah ini mencuat tanpa fakta kuat yang menyertainya. "Saya sendiri juga heran, tidak ada bukti kok dengan mudahnya diungkapkan. Itu namanya kan hanya kabar burung," tegasnya sebelum meninggalkan gedung dewan.
Apakah akan meneruskan masalah ini? Multazam hanya tersenyum tanpa ada komentar sedikit pun. (tya)
Selasa, November 28, 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Ehmmm Jossssss tenan
wah seep tenan.....
nek masalah duit/dana/anggaran pasti eker-ekeran giliran urusan kelaparan, kemiskinan, hutan terbakar .. mengko disik seh arep studi banding de el el banyak alasan ...
ya maklum lah ngurusin orang banyak (rakyat) emang susah kok...
Posting Komentar