Rabu, 29 Nov 2006
Supriyanto Bantah Jadi Pengantar Uang Pelantikan ke Dewan
PONOROGO - Rumor adanya aliran dana Rp 650 juta ke DPRD Ponorogo bersamaan dengan pelantikan Bupati-Wakil Bupati Muhadi Suyono-Amin dan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Luhur Karsanto terus menjadi bahan pergunjingan di gedung dewan. Ironisnya, sebagian besar di antara wakil rakyat mengaku tidak tahu ke mana aliran fulus tersebut.
Seiring dengan rumor itu, muncul nama Supriyanto, salah seorang kontraktor di Kota Reyog, yang tak lain adik kandung Bupati Muhadi. Itu karena namanya sempat disebut-sebut dalam rapat tertutup internal dewan, Senin kemarin. Padahal, peran Supriyanto dalam masalah ini, masih jadi tanya tanya besar.
Saat dikonfirmasi koran ini, Supriyanto langsung menyanggah tudingan bahwa dirinya dikatakan sebagai kurir (pengantar) dalam pemberian dana tersebut kepada dewan. Dia juga mengaku tidak tahu menahu munculnya rumor tersebut. "Saya sempat kaget ketika nama saya disebut-sebut dalam rapat di dewan. Dan saya baru dengar tadi (kemarin) malam soal itu," kata Supriyanto.
Karena merasa tidak tahu apa-apa, Supriyanto yang berpenampilan kalem tersebut hanya menyikapi dengan santai. "Karena saya memang tidak melakukan dan tidak tahu persoalan, mau apa lagi. Ya saya biarkan saja," ujarnya datar.
Apakah tudingan tersebut sengaja dihembuskan untuk menjatuhkan dirinya, secara tegas dia mengaku tidak merasakan sama sekali. "Makanya saya minta kalau tidak ada bukti dan fakta, lebih baik apa pun permasalahan tidak perlu diangkat. Bisa menjadikan fitnah," tukasnya.
Kalaupun dirinya yang berprofesi sebegai rekanan, secara tegas mengatakan tidak menggunakan fasilitas atau aji mumpung terhadap jabatan kakaknya sebagai Bupati Ponorogo. "Saya ini kerja di kontraktor sudah lama. Saya tidak mau ndompleng begitu kakak saya jadi bupati," kilahnya.
Sementara itu, rasan-rasan tentang isu uang pelantikan Bupati-Wabup maupun Sekkab di dewan merupakan akumulasi setelah hampir dua tahun dipendam. Apalagi, anggota dewan yang mendengar mengaku tidak pernah menerima sepeser pun ikut bereaksi secara sembunyi-sembunyi. Mereka pun saling curiga.
Umumnya, bisik-bisik antar-anggota dewan ini dilakukan ketika melakukan kunjungan kerja (kunker) ke luar daerah. "Terakhir waktu menginap di salah satu hotel di Jakarta, beberapa hari lalu, banyak yang menanyakan bagaimana sebenarnya," ujar sumber di dewan.
Bagai bom waktu, akhirnya masalah tersebut meledak juga saat rapat internal dewan yang diselingi saling ancam melakukan sumpah segala. Secara terpisah, Puryono, anggota Fraksi Amanat Keadilan (FAK) DPRD berharap agar munculnya isu tersebut disikapi dengan bijak.
Artinya, lembaga dewan harus memandang sebagai masukan dengan tetap melakukan penelusuran kebenaran kabar tersebut. "Jujur saja, saya sendiri sempat risih dan malu mendengar kabar tersebut. Dikira benar-benar ikut menerima," tandasnya.
Kalaupun tidak benar, harus dilakukan introspeksi mengapa sampai muncul isu miring tersebut. "Karena lembaga dewan ini tidak lepas dengan politis, ya juga harus dilakukan kajian melalui pendekatan politis juga," pinta Puryono. (tya)
Kamis, November 30, 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar