Kamis, 30 Nov 2006
PONOROGO -- Polisi bakal mengajukan izin ke presiden untuk memeriksa mantan Bupati Ponorogo, Markum Singodimedjo, yang kini menjadi anggota DPR RI. Kesaksian Markum dibutuhkan dalam proses penyidikan kasus dugaan korupsi dana proyek pengadaan seragam hansip di Ponorogo pada gelaran Pemilu 2004. Dengan begitu, berita acara pemeriksaan (BAP) Markum yang sebelumnya pernah dibuat akhirnya dianggap tidak pernah ada.
Rencana pengajuan izin ke presiden tersebut kemarin dibenarkan Kapolres Ponorogo, AKBP Mukhlis AS, yang dikonfirmasi melalui PgS Kasat Reskrim Iptu Nyoto. Apalagi, hasil gelar perkara korupsi dana proyek pengadaan 8.653 pakaian Dinas Lapangan (PDL) anggota Linmas (Perlindungan Masyarakat) lengkap dengan sepatu, sepasang kaus kaki, kopel rem, tongkat karet dan topi bordirnya itu merekomendasikan agar permintaan jaksa tentang izin tertulis dari presiden dipenuhi. "Suratnya (permintaan izin presiden) nanti berjenjang, dari polres ke polwil terus polda lalu Mabes Polri," terang Nyoto.
Penyidik juga akan memeriksa saksi tambahan dari Bank BNI dan Bank Jatim lantaran jaksa meminta aliran rekening milik Direktur CV Astin, Asep Hidayat dan mantan Kepala Bakesbanglinmas Ponorogo, Moch Sofwan, dua tersangka kasus korupsi ini, diurai gamblang. Lagi-lagi, pemeriksaan saksi dari perbankan itu harus melalui prosedur perizinan dari Bank Indonesia (BI). "Sedapat mungkin dipenuhi agar berkas perkara dapat segera dilimpahkan lagi ke kejaksaan," ungkap Nyoto.
Sekadar mengingatkan, penyidikan kasus dugaan korupsi dana proyek pengadaan seragam hansip sedikit terganjal setelah jaksa mensyaratkan diperiksanya Markum Singodimedjo lengkap dengan izin resmi dari presiden. Jaksa juga meminta pemeriksaan saksi ahli dari pihak perbankan. Nasib berkas perkara korupsi yang diduga merugikan negara Rp 745 juta ini bisa jadi harus bolak-balik dari polisi ke jaksa karena terbentur prosedur pemeriksaan saksi yang berbelit. Ini seakan mengingatkan polemik bebasnya Dirut PT PLN Eddie Widiono dari ruang tahanan Mabes Polri lantaran polisi terkendala pemeriksaan seorang saksi yang tinggal di luar negeri. (hw)
Kamis, November 30, 2006
Ketika Warga Bandungan, Slahung, Ponorogo, Berharap Turunnya Hujan
Kamis, 30 Nov 2006
Pentaskan Wayang di Siang Bolong, Biaya Iuran Satu RT
Warga Desa Bandungan, Kecamatan Slahung, Ponorogo, menggelar ritual unik meminta hujan di tengah kemarau panjang. Kesenian wayang kulit dan tari gambyong sengaja dipentaskan di dua tempat keramat (punden) dusun setempat. Apa saja pernik-perniknya?
HADI WINARSO, Ponorogo
KELIR putih dibeber hanya setinggi kepala. Deretan wayang tertancap di kayon debok, saling berhadap-hadapan mengapit gunungan berhiaskan blencong. Dalang tua, dua waranggana dan 14 nayaga bermain lepas di bawah tiga tenda yang didirikan. Kendati tempat pementasan wayang kulit itu persis berada di rerimbunan tiga pohon berukuran super-besar. Mereka tampaknya khawatir hujan tiba-tiba turun.
Lakon "Udan Amitoya" pun dimainkan utuh. Ki Sarjono memulainya dengan suluk berulang-ulang lalu tokoh-tokoh wayang diangkat ke kelir bergantian. Tak ketinggalan, limbukan dan goro-goro yang sering bikin geerrr. Pentas wayang itu dimulai pukul 09.00 dan baru berakhir menjelang petang. "Biasanya hujan terus turun jam tiga sore," yakin Paimin, juru kunci punden Sri Wangi.
Mendung memang sempat berarak berselingan dengan terik matahari yang terang redup. Sebelum pentas wayang dihelat, warga Bandungan mendahuluinya dengan selamatan dilengkapi uba rampe-nya. Mulai nasi gurih, sega golong, apem berikut ingkung (daging ayam utuh). Prosesi serupa paginya juga dilakukan di punden Sringin. Bedanya, "penunggu" tempat itu lebih gemar tari gambyong. "Semua biaya ditanggung iuran 18 RT yang ada di dusun sini," ungkap Setyorini, kepala dusun Bandungan.
Lelaki-perempuan, tua-muda dan anak-anak pun berduyun-duyun menonton pentas wayang kulit di siang bolong itu. Mereka tak harus menahan kantuk. Gelas-gelas kopi dan teh juga terus-terusan mengalir. Warga Bandungan yang mayoritas petani pantas gerah lantaran air hujan tak kunjung mengguyur dusunnya.
Padahal, dusun-dusun di sekitarnya sudah sempat dibasahi air dari langit itu. Meski sadar tak sepenuhnya percaya tahayul, nenek moyang dulu rajin menggelar upacara ritual di dua tempat berbeda bersamaan kemarau meranggas. "Ini menyangkut budaya dan adat-istiadat. Tak kurang dan tak lebih," tegas Misranto, anggota DPRD Ponorogo yang berdomisili di desa setempat.
Punden Sri Wangi terletak persis di bibir sungai. Tempat itu dulunya sebuah kolam lengkap dengan mata airnya. Lokasinya rimbun lantaran tiga pohon trembesi dibiarkan tumbuh besar. Kolam telah lama mengering, warga sempat mendirikan lapangan bulu tangkis di situ. "Kalau wayangan di sini, gambyongan di Sringin," tegas juru kunci Paimin saat ditanya asal-muasal kebiasaan menggelar kesenian yang lumrah dimainkan malam hari itu.
Sebagian warga menolak bila pagelaran wayangnya disebut ruwatan. Sebab, wayang ruwatan hanya melakonkan drama sebabak. Wayang kulit dengan dalang Ki Sarjono harus main sesiang suntuk. Lakonnya pun dipilih khusus yang menyangkut hujan. Dalang sepuh yang mantan guru itu pun bermain layaknya di pentas hajatan. "Dia dalang paling tua yang masih aktif," ungkap seorang sesepuh desa sembari menyebut umur Ki Sarjono sudah kepala delapan.
Turunnya hujan belakangan ini seakan sengaja terus meledek. Langit kerap mendung namun terus menghilang tanpa disusul guyuran air. Datangnya musim hujan bak jinak-jinak merpati itu ditangkap warga Bandungan sebagai sesuatu yang harus disambut. Mereka menyongsongnya dengan tetabuhan dan tarian. Air cucuran hujan diharapkan segera turun meliuk-liuk seperti penari gambyong atau gerakan indah wayang di tangan ki dalang. ***
Pentaskan Wayang di Siang Bolong, Biaya Iuran Satu RT
Warga Desa Bandungan, Kecamatan Slahung, Ponorogo, menggelar ritual unik meminta hujan di tengah kemarau panjang. Kesenian wayang kulit dan tari gambyong sengaja dipentaskan di dua tempat keramat (punden) dusun setempat. Apa saja pernik-perniknya?
HADI WINARSO, Ponorogo
KELIR putih dibeber hanya setinggi kepala. Deretan wayang tertancap di kayon debok, saling berhadap-hadapan mengapit gunungan berhiaskan blencong. Dalang tua, dua waranggana dan 14 nayaga bermain lepas di bawah tiga tenda yang didirikan. Kendati tempat pementasan wayang kulit itu persis berada di rerimbunan tiga pohon berukuran super-besar. Mereka tampaknya khawatir hujan tiba-tiba turun.
Lakon "Udan Amitoya" pun dimainkan utuh. Ki Sarjono memulainya dengan suluk berulang-ulang lalu tokoh-tokoh wayang diangkat ke kelir bergantian. Tak ketinggalan, limbukan dan goro-goro yang sering bikin geerrr. Pentas wayang itu dimulai pukul 09.00 dan baru berakhir menjelang petang. "Biasanya hujan terus turun jam tiga sore," yakin Paimin, juru kunci punden Sri Wangi.
Mendung memang sempat berarak berselingan dengan terik matahari yang terang redup. Sebelum pentas wayang dihelat, warga Bandungan mendahuluinya dengan selamatan dilengkapi uba rampe-nya. Mulai nasi gurih, sega golong, apem berikut ingkung (daging ayam utuh). Prosesi serupa paginya juga dilakukan di punden Sringin. Bedanya, "penunggu" tempat itu lebih gemar tari gambyong. "Semua biaya ditanggung iuran 18 RT yang ada di dusun sini," ungkap Setyorini, kepala dusun Bandungan.
Lelaki-perempuan, tua-muda dan anak-anak pun berduyun-duyun menonton pentas wayang kulit di siang bolong itu. Mereka tak harus menahan kantuk. Gelas-gelas kopi dan teh juga terus-terusan mengalir. Warga Bandungan yang mayoritas petani pantas gerah lantaran air hujan tak kunjung mengguyur dusunnya.
Padahal, dusun-dusun di sekitarnya sudah sempat dibasahi air dari langit itu. Meski sadar tak sepenuhnya percaya tahayul, nenek moyang dulu rajin menggelar upacara ritual di dua tempat berbeda bersamaan kemarau meranggas. "Ini menyangkut budaya dan adat-istiadat. Tak kurang dan tak lebih," tegas Misranto, anggota DPRD Ponorogo yang berdomisili di desa setempat.
Punden Sri Wangi terletak persis di bibir sungai. Tempat itu dulunya sebuah kolam lengkap dengan mata airnya. Lokasinya rimbun lantaran tiga pohon trembesi dibiarkan tumbuh besar. Kolam telah lama mengering, warga sempat mendirikan lapangan bulu tangkis di situ. "Kalau wayangan di sini, gambyongan di Sringin," tegas juru kunci Paimin saat ditanya asal-muasal kebiasaan menggelar kesenian yang lumrah dimainkan malam hari itu.
Sebagian warga menolak bila pagelaran wayangnya disebut ruwatan. Sebab, wayang ruwatan hanya melakonkan drama sebabak. Wayang kulit dengan dalang Ki Sarjono harus main sesiang suntuk. Lakonnya pun dipilih khusus yang menyangkut hujan. Dalang sepuh yang mantan guru itu pun bermain layaknya di pentas hajatan. "Dia dalang paling tua yang masih aktif," ungkap seorang sesepuh desa sembari menyebut umur Ki Sarjono sudah kepala delapan.
Turunnya hujan belakangan ini seakan sengaja terus meledek. Langit kerap mendung namun terus menghilang tanpa disusul guyuran air. Datangnya musim hujan bak jinak-jinak merpati itu ditangkap warga Bandungan sebagai sesuatu yang harus disambut. Mereka menyongsongnya dengan tetabuhan dan tarian. Air cucuran hujan diharapkan segera turun meliuk-liuk seperti penari gambyong atau gerakan indah wayang di tangan ki dalang. ***
Bupati-Sekkab Tutup Mulut
Kamis, 30 Nov 2006
Soal Rumor Adanya Aliran Dana Acara Pelantikan ke Dewan
PONOROGO -- Bupati Ponorogo, Muhadi Suyono, sama sekali tidak terusik dengan pergunjingan di DPRD setempat terkait aliran dana pelantikan bupati, wakil bupati (wabup) dan sekretaris kabupaten (sekkab) senilai Rp 650 juta.
Kendati di internal dewan masalah ini terus menjadi perbincangan hangat, Muhadi memilih tidak bereaksi sedikit pun. Sebaliknya, tudingan tersebut dianggap kurang mendasar karena tidak disertai bukti otentik yang menyertainya
Jika selama ini bupati sangat terbuka ketika disodori pertanyaan wartawan, kali ini memilih tidak komentar. "Lebih baik saya no comment saja," kata bupati singkat menjawab pertanyan koran ini kemarin.
Ketika didesak bahwa masalah ini (pencairan uang Rp 400 juta, red) minimal diketahui bupati, lagi-lagi Muhadi memilih bungkam. "Buat apa saya komentar, buang-buang energi saja. Masih banyak pekerjaan harus saya kerjakan yang cukup penting untuk rakyat," kilah mantan Sekkab Probolinggo ini.
Hal senada juga dikatakan Sekkab Ponorogo, Luhur Karsanto, seputar uang Rp 250 juta yang rumornya telah diberikan ke dewan saat acara pelantikan dirinya setahun lalu. Ditemui sebelum meninggalkan kantornya kemarin, Luhur lebih banyak tutup mulut. Ketika didesak apakah telah mencairkan dana, Luhur hanya menjawab pendek. "Saya no comment. Jadi tidak ada pertanyaan lagi," ujarnya sambil tersenyum.
Namun, sebelum meninggalkan koran ini, mantan Kadin Indakop Probolinggo ini sempat mengatakan bahwa uang Rp 250 juta itu baginya tidak kecil. "Uang dari mana sebanyak itu?" tuturnya sambil berlalu.
Tampaknya persoalan dana pelantikan kedua pejabat di Kota Reyog tersebut apakah benar-benar mengalir ke dewan atau tidak, sampai kemarin masih menjadi misteri. Sebab, jika ditelusuri di APBD jelas tidak tercantum.
Demikin juga sebelumnya, Supriyadi (bukan Supriyanto seperti diberitakan sebelumnya, red) seorang rekanan yang juga adik kandung Bupati Muhadi Suyono secara tegas membantah telah menjadi jembatan (kurir) sebagaimana disebut-sebut dalam rapat internal dewan, Senin lalu.
Namun, pimpinan dewan tampaknya tidak akan menanggapi secara serius karena lebih kental muatan politisnya dibanding fakta yang ada. "Biarkan saja. Wong tidak ada buktinya dan itu jelas tidak ada," jelas Supriyanto, Ketua DPRD Ponorogo dihubungi secara terpisah. (tya)
Soal Rumor Adanya Aliran Dana Acara Pelantikan ke Dewan
PONOROGO -- Bupati Ponorogo, Muhadi Suyono, sama sekali tidak terusik dengan pergunjingan di DPRD setempat terkait aliran dana pelantikan bupati, wakil bupati (wabup) dan sekretaris kabupaten (sekkab) senilai Rp 650 juta.
Kendati di internal dewan masalah ini terus menjadi perbincangan hangat, Muhadi memilih tidak bereaksi sedikit pun. Sebaliknya, tudingan tersebut dianggap kurang mendasar karena tidak disertai bukti otentik yang menyertainya
Jika selama ini bupati sangat terbuka ketika disodori pertanyaan wartawan, kali ini memilih tidak komentar. "Lebih baik saya no comment saja," kata bupati singkat menjawab pertanyan koran ini kemarin.
Ketika didesak bahwa masalah ini (pencairan uang Rp 400 juta, red) minimal diketahui bupati, lagi-lagi Muhadi memilih bungkam. "Buat apa saya komentar, buang-buang energi saja. Masih banyak pekerjaan harus saya kerjakan yang cukup penting untuk rakyat," kilah mantan Sekkab Probolinggo ini.
Hal senada juga dikatakan Sekkab Ponorogo, Luhur Karsanto, seputar uang Rp 250 juta yang rumornya telah diberikan ke dewan saat acara pelantikan dirinya setahun lalu. Ditemui sebelum meninggalkan kantornya kemarin, Luhur lebih banyak tutup mulut. Ketika didesak apakah telah mencairkan dana, Luhur hanya menjawab pendek. "Saya no comment. Jadi tidak ada pertanyaan lagi," ujarnya sambil tersenyum.
Namun, sebelum meninggalkan koran ini, mantan Kadin Indakop Probolinggo ini sempat mengatakan bahwa uang Rp 250 juta itu baginya tidak kecil. "Uang dari mana sebanyak itu?" tuturnya sambil berlalu.
Tampaknya persoalan dana pelantikan kedua pejabat di Kota Reyog tersebut apakah benar-benar mengalir ke dewan atau tidak, sampai kemarin masih menjadi misteri. Sebab, jika ditelusuri di APBD jelas tidak tercantum.
Demikin juga sebelumnya, Supriyadi (bukan Supriyanto seperti diberitakan sebelumnya, red) seorang rekanan yang juga adik kandung Bupati Muhadi Suyono secara tegas membantah telah menjadi jembatan (kurir) sebagaimana disebut-sebut dalam rapat internal dewan, Senin lalu.
Namun, pimpinan dewan tampaknya tidak akan menanggapi secara serius karena lebih kental muatan politisnya dibanding fakta yang ada. "Biarkan saja. Wong tidak ada buktinya dan itu jelas tidak ada," jelas Supriyanto, Ketua DPRD Ponorogo dihubungi secara terpisah. (tya)
Adik Bupati Kurirnya?
Rabu, 29 Nov 2006
Supriyanto Bantah Jadi Pengantar Uang Pelantikan ke Dewan
PONOROGO - Rumor adanya aliran dana Rp 650 juta ke DPRD Ponorogo bersamaan dengan pelantikan Bupati-Wakil Bupati Muhadi Suyono-Amin dan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Luhur Karsanto terus menjadi bahan pergunjingan di gedung dewan. Ironisnya, sebagian besar di antara wakil rakyat mengaku tidak tahu ke mana aliran fulus tersebut.
Seiring dengan rumor itu, muncul nama Supriyanto, salah seorang kontraktor di Kota Reyog, yang tak lain adik kandung Bupati Muhadi. Itu karena namanya sempat disebut-sebut dalam rapat tertutup internal dewan, Senin kemarin. Padahal, peran Supriyanto dalam masalah ini, masih jadi tanya tanya besar.
Saat dikonfirmasi koran ini, Supriyanto langsung menyanggah tudingan bahwa dirinya dikatakan sebagai kurir (pengantar) dalam pemberian dana tersebut kepada dewan. Dia juga mengaku tidak tahu menahu munculnya rumor tersebut. "Saya sempat kaget ketika nama saya disebut-sebut dalam rapat di dewan. Dan saya baru dengar tadi (kemarin) malam soal itu," kata Supriyanto.
Karena merasa tidak tahu apa-apa, Supriyanto yang berpenampilan kalem tersebut hanya menyikapi dengan santai. "Karena saya memang tidak melakukan dan tidak tahu persoalan, mau apa lagi. Ya saya biarkan saja," ujarnya datar.
Apakah tudingan tersebut sengaja dihembuskan untuk menjatuhkan dirinya, secara tegas dia mengaku tidak merasakan sama sekali. "Makanya saya minta kalau tidak ada bukti dan fakta, lebih baik apa pun permasalahan tidak perlu diangkat. Bisa menjadikan fitnah," tukasnya.
Kalaupun dirinya yang berprofesi sebegai rekanan, secara tegas mengatakan tidak menggunakan fasilitas atau aji mumpung terhadap jabatan kakaknya sebagai Bupati Ponorogo. "Saya ini kerja di kontraktor sudah lama. Saya tidak mau ndompleng begitu kakak saya jadi bupati," kilahnya.
Sementara itu, rasan-rasan tentang isu uang pelantikan Bupati-Wabup maupun Sekkab di dewan merupakan akumulasi setelah hampir dua tahun dipendam. Apalagi, anggota dewan yang mendengar mengaku tidak pernah menerima sepeser pun ikut bereaksi secara sembunyi-sembunyi. Mereka pun saling curiga.
Umumnya, bisik-bisik antar-anggota dewan ini dilakukan ketika melakukan kunjungan kerja (kunker) ke luar daerah. "Terakhir waktu menginap di salah satu hotel di Jakarta, beberapa hari lalu, banyak yang menanyakan bagaimana sebenarnya," ujar sumber di dewan.
Bagai bom waktu, akhirnya masalah tersebut meledak juga saat rapat internal dewan yang diselingi saling ancam melakukan sumpah segala. Secara terpisah, Puryono, anggota Fraksi Amanat Keadilan (FAK) DPRD berharap agar munculnya isu tersebut disikapi dengan bijak.
Artinya, lembaga dewan harus memandang sebagai masukan dengan tetap melakukan penelusuran kebenaran kabar tersebut. "Jujur saja, saya sendiri sempat risih dan malu mendengar kabar tersebut. Dikira benar-benar ikut menerima," tandasnya.
Kalaupun tidak benar, harus dilakukan introspeksi mengapa sampai muncul isu miring tersebut. "Karena lembaga dewan ini tidak lepas dengan politis, ya juga harus dilakukan kajian melalui pendekatan politis juga," pinta Puryono. (tya)
Supriyanto Bantah Jadi Pengantar Uang Pelantikan ke Dewan
PONOROGO - Rumor adanya aliran dana Rp 650 juta ke DPRD Ponorogo bersamaan dengan pelantikan Bupati-Wakil Bupati Muhadi Suyono-Amin dan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Luhur Karsanto terus menjadi bahan pergunjingan di gedung dewan. Ironisnya, sebagian besar di antara wakil rakyat mengaku tidak tahu ke mana aliran fulus tersebut.
Seiring dengan rumor itu, muncul nama Supriyanto, salah seorang kontraktor di Kota Reyog, yang tak lain adik kandung Bupati Muhadi. Itu karena namanya sempat disebut-sebut dalam rapat tertutup internal dewan, Senin kemarin. Padahal, peran Supriyanto dalam masalah ini, masih jadi tanya tanya besar.
Saat dikonfirmasi koran ini, Supriyanto langsung menyanggah tudingan bahwa dirinya dikatakan sebagai kurir (pengantar) dalam pemberian dana tersebut kepada dewan. Dia juga mengaku tidak tahu menahu munculnya rumor tersebut. "Saya sempat kaget ketika nama saya disebut-sebut dalam rapat di dewan. Dan saya baru dengar tadi (kemarin) malam soal itu," kata Supriyanto.
Karena merasa tidak tahu apa-apa, Supriyanto yang berpenampilan kalem tersebut hanya menyikapi dengan santai. "Karena saya memang tidak melakukan dan tidak tahu persoalan, mau apa lagi. Ya saya biarkan saja," ujarnya datar.
Apakah tudingan tersebut sengaja dihembuskan untuk menjatuhkan dirinya, secara tegas dia mengaku tidak merasakan sama sekali. "Makanya saya minta kalau tidak ada bukti dan fakta, lebih baik apa pun permasalahan tidak perlu diangkat. Bisa menjadikan fitnah," tukasnya.
Kalaupun dirinya yang berprofesi sebegai rekanan, secara tegas mengatakan tidak menggunakan fasilitas atau aji mumpung terhadap jabatan kakaknya sebagai Bupati Ponorogo. "Saya ini kerja di kontraktor sudah lama. Saya tidak mau ndompleng begitu kakak saya jadi bupati," kilahnya.
Sementara itu, rasan-rasan tentang isu uang pelantikan Bupati-Wabup maupun Sekkab di dewan merupakan akumulasi setelah hampir dua tahun dipendam. Apalagi, anggota dewan yang mendengar mengaku tidak pernah menerima sepeser pun ikut bereaksi secara sembunyi-sembunyi. Mereka pun saling curiga.
Umumnya, bisik-bisik antar-anggota dewan ini dilakukan ketika melakukan kunjungan kerja (kunker) ke luar daerah. "Terakhir waktu menginap di salah satu hotel di Jakarta, beberapa hari lalu, banyak yang menanyakan bagaimana sebenarnya," ujar sumber di dewan.
Bagai bom waktu, akhirnya masalah tersebut meledak juga saat rapat internal dewan yang diselingi saling ancam melakukan sumpah segala. Secara terpisah, Puryono, anggota Fraksi Amanat Keadilan (FAK) DPRD berharap agar munculnya isu tersebut disikapi dengan bijak.
Artinya, lembaga dewan harus memandang sebagai masukan dengan tetap melakukan penelusuran kebenaran kabar tersebut. "Jujur saja, saya sendiri sempat risih dan malu mendengar kabar tersebut. Dikira benar-benar ikut menerima," tandasnya.
Kalaupun tidak benar, harus dilakukan introspeksi mengapa sampai muncul isu miring tersebut. "Karena lembaga dewan ini tidak lepas dengan politis, ya juga harus dilakukan kajian melalui pendekatan politis juga," pinta Puryono. (tya)
Selasa, November 28, 2006
Ributkan ”Kue”, Anggota Dewan Ponorogo Saling Mblejeti
Selasa, 28 Nov 2006
PONOROGO - Memalukan. Hanya gara-gara pembagian "kue" yang dianggap kurang merata antaranggota DPRD Ponorogo, mereka saling eker-ekeran. Bahkan, dalam rapat tertutup kemarin, di antara anggota dewan saling mblejeti sejumlah agenda dewan yang berbau anggaran atau fulus.
Lalu "kue" apa yang dipergunjingkan tersebut? Di antaranya, yang terkait kunjungan kerja (kunker), anggaran workshop, hasil audit BPK hingga yang paling gres soal kabar dana pelantikan Bupati dan Wakil Bupati (Wabup). Termasuk, pelantikan Sekretaris Kabupaten (Sekkab). Kedua acara ini konon ada anggaran khusus untuk wakil rakyat hingga Rp 650 juta.
Situasi dalam rapat tertutup kemarin berlangsung dengan tensi tinggi. Suasana kian panas karena diselingi saling ancam untuk melakukan sumpah segala. Lantaran permasalahan yang diungkap termasuk sensitif, beberapa anggota dewan memilih keluar sidang.
Dengan alasan, karena yang dirembuk lebih mengarah soal dana yang tidak merata dari pada memperhatikan rakyatnya.
Menurut sumber koran ini yang ikut rapat evaluasi di lantai tiga gedung dewan tersebut, awalnya rapat lebih banyak membicarakan soal agenda kunker. Di mana, masih ada anggota dewan yang tetap menerima dana perjalanan kunker, tapi tidak ikut sampai tujuan.
Juga berbagai permasalahan lain yang notabene masih ada kesenjangan antara anggota dewan yang masuk panitia anggaran (panggar) dan yang bukan (non-panggar). "Awalnya, rapat berjalan terkait masukan termasuk evaluasi terhadap kinerja dewan saat ini. Tapi tiba-tiba sempat ada yang menyingung soal dana pelantikan bupati dan sekkab segala untuk anggota dewan," ujar sumber tadi.
Lanjut sumber tadi, ada suara yang berkembang di luar soal dana sebesar Rp 400 juta saat pelantikan bupati dan wabup ditujukan ke dewan. Juga pelantikan sekkab katanya sudah diplot Rp 250 juta. Nah, karena diantara anggota dewan merasa tidak menerima sepeserpun, berusaha untuk melakukan klarifikasi pada pimpinan dewan. Bahkan saat rapat kemarin, sempat dituding salah seorang nama yang membocorkan dana tersebut.
Anggota dewan dari Fraksi Demokrat (FD) DPRD, Dyah Antarukmi, tampaknya gerah juga ketika muncul kabar tersebut. Apalagi, sampai saat ini, dia mengaku tidak sepeserpun menerima uang tersebut. "Kita hanya ingin tahu bagaimana kabar itu sebenarnya. Karena banyak anggota dewan yang saling ngomong," jelasnya saat dicegat koran ini sebelum masuk mobilnya, kemarin.
Karena kabar tersebut sudah tersebar, dia tidak ingin langsung menjadi pembenar. "Kalau memang tidak benar ya sudah. Soal rezeki, saya tidak nggege mangsa," tegasnya.
Tampaknya, permasalahan ini membuat pimpinan dewan ikut panas juga. Apalagi, kabar tanpa disertai bukti dan saksi tersebut langsung diungkap dalam rapat. Ketua DPRD Ponorogo Supriyanto ketika akan dikonfirmasi keburu masuk mobilnya. Namun dia sempat mengatakan semua permasalahan akan bisa diselesaikan.
Sementara Ibnu Multazam, Wakil Ketua DPRD tampaknya tidak akan membiarkan masalah ini mencuat tanpa fakta kuat yang menyertainya. "Saya sendiri juga heran, tidak ada bukti kok dengan mudahnya diungkapkan. Itu namanya kan hanya kabar burung," tegasnya sebelum meninggalkan gedung dewan.
Apakah akan meneruskan masalah ini? Multazam hanya tersenyum tanpa ada komentar sedikit pun. (tya)
PONOROGO - Memalukan. Hanya gara-gara pembagian "kue" yang dianggap kurang merata antaranggota DPRD Ponorogo, mereka saling eker-ekeran. Bahkan, dalam rapat tertutup kemarin, di antara anggota dewan saling mblejeti sejumlah agenda dewan yang berbau anggaran atau fulus.
Lalu "kue" apa yang dipergunjingkan tersebut? Di antaranya, yang terkait kunjungan kerja (kunker), anggaran workshop, hasil audit BPK hingga yang paling gres soal kabar dana pelantikan Bupati dan Wakil Bupati (Wabup). Termasuk, pelantikan Sekretaris Kabupaten (Sekkab). Kedua acara ini konon ada anggaran khusus untuk wakil rakyat hingga Rp 650 juta.
Situasi dalam rapat tertutup kemarin berlangsung dengan tensi tinggi. Suasana kian panas karena diselingi saling ancam untuk melakukan sumpah segala. Lantaran permasalahan yang diungkap termasuk sensitif, beberapa anggota dewan memilih keluar sidang.
Dengan alasan, karena yang dirembuk lebih mengarah soal dana yang tidak merata dari pada memperhatikan rakyatnya.
Menurut sumber koran ini yang ikut rapat evaluasi di lantai tiga gedung dewan tersebut, awalnya rapat lebih banyak membicarakan soal agenda kunker. Di mana, masih ada anggota dewan yang tetap menerima dana perjalanan kunker, tapi tidak ikut sampai tujuan.
Juga berbagai permasalahan lain yang notabene masih ada kesenjangan antara anggota dewan yang masuk panitia anggaran (panggar) dan yang bukan (non-panggar). "Awalnya, rapat berjalan terkait masukan termasuk evaluasi terhadap kinerja dewan saat ini. Tapi tiba-tiba sempat ada yang menyingung soal dana pelantikan bupati dan sekkab segala untuk anggota dewan," ujar sumber tadi.
Lanjut sumber tadi, ada suara yang berkembang di luar soal dana sebesar Rp 400 juta saat pelantikan bupati dan wabup ditujukan ke dewan. Juga pelantikan sekkab katanya sudah diplot Rp 250 juta. Nah, karena diantara anggota dewan merasa tidak menerima sepeserpun, berusaha untuk melakukan klarifikasi pada pimpinan dewan. Bahkan saat rapat kemarin, sempat dituding salah seorang nama yang membocorkan dana tersebut.
Anggota dewan dari Fraksi Demokrat (FD) DPRD, Dyah Antarukmi, tampaknya gerah juga ketika muncul kabar tersebut. Apalagi, sampai saat ini, dia mengaku tidak sepeserpun menerima uang tersebut. "Kita hanya ingin tahu bagaimana kabar itu sebenarnya. Karena banyak anggota dewan yang saling ngomong," jelasnya saat dicegat koran ini sebelum masuk mobilnya, kemarin.
Karena kabar tersebut sudah tersebar, dia tidak ingin langsung menjadi pembenar. "Kalau memang tidak benar ya sudah. Soal rezeki, saya tidak nggege mangsa," tegasnya.
Tampaknya, permasalahan ini membuat pimpinan dewan ikut panas juga. Apalagi, kabar tanpa disertai bukti dan saksi tersebut langsung diungkap dalam rapat. Ketua DPRD Ponorogo Supriyanto ketika akan dikonfirmasi keburu masuk mobilnya. Namun dia sempat mengatakan semua permasalahan akan bisa diselesaikan.
Sementara Ibnu Multazam, Wakil Ketua DPRD tampaknya tidak akan membiarkan masalah ini mencuat tanpa fakta kuat yang menyertainya. "Saya sendiri juga heran, tidak ada bukti kok dengan mudahnya diungkapkan. Itu namanya kan hanya kabar burung," tegasnya sebelum meninggalkan gedung dewan.
Apakah akan meneruskan masalah ini? Multazam hanya tersenyum tanpa ada komentar sedikit pun. (tya)
Diam-Diam Markum Sudah Diperiksa
Senin, 27 Nov 2006
Sebagai Saksi dalam Kasus Seragam Hansip
PONOROGO -- Ini perkembangan menarik dari proses penyidikan kasus dugaan korupsi dana proyek pengadaan seragam hansip dalam gelaran Pemilu 2004. Polisi diam-diam ternyata sudah memeriksa mantan Bupati Ponorogo Markum Singodimedjo. Kapasitas Markum sebatas sebagai saksi.
Pemeriksaan Markum tersebut dibenarkan Kapolres Ponorogo AKBP Mukhlis AS. Tanpa merinci kapan dan di mana penyidiknya memeriksa bupati yang pernah menjabat hampir dua periode itu, Mukhlis memastikan berita acara pemeriksaan Markum sudah terlampir di berkas perkara. "Sebenarnya (Markum) sudah pernah diperiksa," kata Mukhlis.
Hanya, pemeriksaan waktu itu memang belum diikuti izin dari presiden lantaran status Markum sebagai anggota DPR. Penyidik sebenarnya berpendapat bahwa izin presiden tak wajib ada karena Markum bersikap kooperatif. Apalagi, kapasitasnya sebatas saksi. "Tapi kita akan berusaha memenuhi permintaan jaksa," ungkap Mukhlis.
Yang menarik, tim dari Bareskrim Mabes Polri hari ini rencananya bakal turun gunung ke Ponorogo. Persoalan izin presiden terkait pemeriksaan mantan bupati yang kini menjadi anggota DPR itu akan ikut diungkap. Permintaan izin ke presiden itu selama ini naik berjenjang dari polres ke polda dan dilanjutkan mabes Polri.
Sekadar mengingatkan, penyidikan kasus dugaan korupsi dana proyek pengadaan seragam hansip sedikit terganjal setelah jaksa mensyaratkan diperiksanya mantan Bupati Ponorogo Markum Singodimedjo lengkap dengan izin resmi dari presiden.
Markum sendiri memang sempat menerbitkan SK Bupati Ponorogo Nomor 90 tanggal 13 Februari 2004 yang langsung menunjuk CV Astin sebagai rekanan pengadaan seragam hansip. Surat Perintah Kerja (SPK) pengadaan seragam hansip itu akhirnya turun 4 Maret 2004 hingga borongan kelar pada 30 April 2004. Ujung-ujungnya diduga terjadi mark-up hingga merugikan uang negara sebesar Rp 745 juta. (hw)
Sebagai Saksi dalam Kasus Seragam Hansip
PONOROGO -- Ini perkembangan menarik dari proses penyidikan kasus dugaan korupsi dana proyek pengadaan seragam hansip dalam gelaran Pemilu 2004. Polisi diam-diam ternyata sudah memeriksa mantan Bupati Ponorogo Markum Singodimedjo. Kapasitas Markum sebatas sebagai saksi.
Pemeriksaan Markum tersebut dibenarkan Kapolres Ponorogo AKBP Mukhlis AS. Tanpa merinci kapan dan di mana penyidiknya memeriksa bupati yang pernah menjabat hampir dua periode itu, Mukhlis memastikan berita acara pemeriksaan Markum sudah terlampir di berkas perkara. "Sebenarnya (Markum) sudah pernah diperiksa," kata Mukhlis.
Hanya, pemeriksaan waktu itu memang belum diikuti izin dari presiden lantaran status Markum sebagai anggota DPR. Penyidik sebenarnya berpendapat bahwa izin presiden tak wajib ada karena Markum bersikap kooperatif. Apalagi, kapasitasnya sebatas saksi. "Tapi kita akan berusaha memenuhi permintaan jaksa," ungkap Mukhlis.
Yang menarik, tim dari Bareskrim Mabes Polri hari ini rencananya bakal turun gunung ke Ponorogo. Persoalan izin presiden terkait pemeriksaan mantan bupati yang kini menjadi anggota DPR itu akan ikut diungkap. Permintaan izin ke presiden itu selama ini naik berjenjang dari polres ke polda dan dilanjutkan mabes Polri.
Sekadar mengingatkan, penyidikan kasus dugaan korupsi dana proyek pengadaan seragam hansip sedikit terganjal setelah jaksa mensyaratkan diperiksanya mantan Bupati Ponorogo Markum Singodimedjo lengkap dengan izin resmi dari presiden.
Markum sendiri memang sempat menerbitkan SK Bupati Ponorogo Nomor 90 tanggal 13 Februari 2004 yang langsung menunjuk CV Astin sebagai rekanan pengadaan seragam hansip. Surat Perintah Kerja (SPK) pengadaan seragam hansip itu akhirnya turun 4 Maret 2004 hingga borongan kelar pada 30 April 2004. Ujung-ujungnya diduga terjadi mark-up hingga merugikan uang negara sebesar Rp 745 juta. (hw)
Disomasi MPP, Muhadi Tak Gentar
Terkait Dugaan Manipulasi Data Akta IV
Senin, 27 Nov 2006
PONOROGO - Bupati Muhadi Suyono mengaku tidak gentar dengan gertakan berupa somasi yang dilayangkan Masyarakat Pendidikan Ponorogo (MPP) agar segera menindaklanjuti laporan dugaan manipulasi data akta IV yang dialami salah satu peserta CPNSD 2006.
Bupati mengaku masih menunggu jika MPP tetap ngotot akan menempuh jalur hukum dengan melaporkan ke polisi setelah memberi tenggang waktu somasi 5 x 24 jam ."Terserah saja mereka (MPP, Red) akan melaporkan, itu hak mereka. Tapi saya siap meladeni gugatan yang dilayangkan," kata Muhadi Suyono, pada koran ini kemarin.
Menurut bupati, proses rekrutmen CPNSD 2006 telah dijalankan panitia sesuai dengan mekanisme yang ada. Apalagi sebagai pelaksana, daerah hanya diberi kewenangan untuk menyeleksi tingkat awal. Sementara keputusan lolos atau tidaknya seorang peserta ada di tangan pemerintah pusat. "Saya tidak melangkah apapun soal laporan yang masuk. Wong memang tidak terjadi apa-apa," tegasnya.
Namun demikian, melihat perkembangan laporan MPP yang sudah mengarah pada seseorang peserta yang diduga memanipulasi Akta IV, kata dia, perlu ada hak-hak yang harus dihormati. "Tentunya yang bersangkutan juga harus memperoleh haknya," ungkapnya.
Sebaliknya, lanjut bupati, pihaknya akan terus memantau langkah Diyono Suwito, koordinator MPP yang begitu getol menyikapi terhadap pemerintah. "Ingat ya, dia itu juga sebagai PNS. Kita tidak akan membiarkan jika memang telah menyimpang tentunya akan kita beri sanksi," kata bupati balik mengancam Diyono.
Sementara Koordinator MPP Diyono Suwito terus menyoal dugaan manipulasi data akta IV tersebut. Kali ini, Komisi A DPRD setempat juga sempat disindir karena dianggap kurang responsif terhadap kasus yang dianggap telah menampar dunia pendidikan. "Kami juga mendesak kepada dewan terutama komisi A agar juga ikut turun tangan menindaklajuti masalah ini," jelas Diyono, kemarin.
Desakan itu dicuatkan lantaran pengaduan berikut fakta yang ditemukan menyangkut data rekrutmen CPNSD 2006 yang dianggap janggal telah dimasukkan ke dewan. Dengan harapan, wakil rakyat ini langsung melakukan hearing dengan panitia rekrutmen sejauh mana masalah yang sebenarnyta. "Jangan sampai hanya sibuk melakukan kunjungan kerja ke luar daerah saja. Sementara kasus di daerah tidak terpantau sama sekali," tegasnya.
MPP sendiri akan menuntut dan melaporkan secara resmi ke polisi pihak-pihak yang diduga terlibat di dalamnya jika somasinya tidak diindahkan. (tya)
Senin, 27 Nov 2006
PONOROGO - Bupati Muhadi Suyono mengaku tidak gentar dengan gertakan berupa somasi yang dilayangkan Masyarakat Pendidikan Ponorogo (MPP) agar segera menindaklanjuti laporan dugaan manipulasi data akta IV yang dialami salah satu peserta CPNSD 2006.
Bupati mengaku masih menunggu jika MPP tetap ngotot akan menempuh jalur hukum dengan melaporkan ke polisi setelah memberi tenggang waktu somasi 5 x 24 jam ."Terserah saja mereka (MPP, Red) akan melaporkan, itu hak mereka. Tapi saya siap meladeni gugatan yang dilayangkan," kata Muhadi Suyono, pada koran ini kemarin.
Menurut bupati, proses rekrutmen CPNSD 2006 telah dijalankan panitia sesuai dengan mekanisme yang ada. Apalagi sebagai pelaksana, daerah hanya diberi kewenangan untuk menyeleksi tingkat awal. Sementara keputusan lolos atau tidaknya seorang peserta ada di tangan pemerintah pusat. "Saya tidak melangkah apapun soal laporan yang masuk. Wong memang tidak terjadi apa-apa," tegasnya.
Namun demikian, melihat perkembangan laporan MPP yang sudah mengarah pada seseorang peserta yang diduga memanipulasi Akta IV, kata dia, perlu ada hak-hak yang harus dihormati. "Tentunya yang bersangkutan juga harus memperoleh haknya," ungkapnya.
Sebaliknya, lanjut bupati, pihaknya akan terus memantau langkah Diyono Suwito, koordinator MPP yang begitu getol menyikapi terhadap pemerintah. "Ingat ya, dia itu juga sebagai PNS. Kita tidak akan membiarkan jika memang telah menyimpang tentunya akan kita beri sanksi," kata bupati balik mengancam Diyono.
Sementara Koordinator MPP Diyono Suwito terus menyoal dugaan manipulasi data akta IV tersebut. Kali ini, Komisi A DPRD setempat juga sempat disindir karena dianggap kurang responsif terhadap kasus yang dianggap telah menampar dunia pendidikan. "Kami juga mendesak kepada dewan terutama komisi A agar juga ikut turun tangan menindaklajuti masalah ini," jelas Diyono, kemarin.
Desakan itu dicuatkan lantaran pengaduan berikut fakta yang ditemukan menyangkut data rekrutmen CPNSD 2006 yang dianggap janggal telah dimasukkan ke dewan. Dengan harapan, wakil rakyat ini langsung melakukan hearing dengan panitia rekrutmen sejauh mana masalah yang sebenarnyta. "Jangan sampai hanya sibuk melakukan kunjungan kerja ke luar daerah saja. Sementara kasus di daerah tidak terpantau sama sekali," tegasnya.
MPP sendiri akan menuntut dan melaporkan secara resmi ke polisi pihak-pihak yang diduga terlibat di dalamnya jika somasinya tidak diindahkan. (tya)
RSU Aisyah Nyaris Dijilat Api
PONOROGO - Kepanikan nyaris melanda RSU Aisyiyah Diponegora Ponorogo. Api sempat berkobar di gang sempit persis bersebelahan dengan gedung rumah sakit yang terletak di Jalan Diponegoro itu. Kendati kobaran api cepat dapat dijinakkan, tak urung berkas dan mesin printer milik salah satu konter handphone gosong.
Usut punya usut, asal api diduga dari bara anglo milik seorang pedagang kopi. Anglo berikut gerobak dan tenda peneduh warung kopi itu biasa disimpan di gang antara rumah sakit dan konter. Api dari arang anglo dibiarkan menyala hingga menyulut tenda. Asap pun menggulung diikuti kobaran api yang merembet ke konter. Akibatnya, sejumlah berkas dan mesin printer ikut hangus.
Menurut sejumlah saksi mata, petugas pemadam kebakaran segera didatangkan setelah api terlihat berkobar. Pangkalan mobil pemadam yang letaknya tak jauh dari lokasi kebakaran ikut memudahkan upaya menjinakkan api.
Manajemen RSU Aisyiyah memutuskan urung mengevakuasi para pasiennya. Ketinggian tembok sisi selatan rumah sakit ikut menjadi pertimbangan tersendiri. Kasus kebakaran ini tengah ditangani Polsekta Ponorogo. (hw)
Usut punya usut, asal api diduga dari bara anglo milik seorang pedagang kopi. Anglo berikut gerobak dan tenda peneduh warung kopi itu biasa disimpan di gang antara rumah sakit dan konter. Api dari arang anglo dibiarkan menyala hingga menyulut tenda. Asap pun menggulung diikuti kobaran api yang merembet ke konter. Akibatnya, sejumlah berkas dan mesin printer ikut hangus.
Menurut sejumlah saksi mata, petugas pemadam kebakaran segera didatangkan setelah api terlihat berkobar. Pangkalan mobil pemadam yang letaknya tak jauh dari lokasi kebakaran ikut memudahkan upaya menjinakkan api.
Manajemen RSU Aisyiyah memutuskan urung mengevakuasi para pasiennya. Ketinggian tembok sisi selatan rumah sakit ikut menjadi pertimbangan tersendiri. Kasus kebakaran ini tengah ditangani Polsekta Ponorogo. (hw)
Jumat, November 24, 2006
Guru SMA Bakti Raih Medali Perak
Senin, 20 Nov 2006
Guru SMA Bakti Raih Medali Perak Lomba Pembuatan Media Pembelajaran
Gunakan Program Macromedia Flash, Sajikan Materi Dalam Bentuk Movie
Dunia pendidikan Ponorogo kembali menorehkan prestasi nasional. Kali ini diraih dua guru SMA Bakti Ponorogo yakni Suyud, dan Rohmi Yulianingtyas baru saja menyabet medali perak dalam lomba Pembuatan Media Pembelajaran SMA/MA Berbasis TIK Tingkat Nasional, kategori Software Pembelajaran Mandiri (SPM), yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas.
BUDI SETYAWAN, Ponorogo
Kelebihan dari e-mail (electronic mail) adalah dapat mengirim pesan ke beberapa orang sekaligus. E-mail dapat berupa teks, gambar, file, video, audio, atau program-program lain. Penggunaan e-mail sangat praktis dan ekonomis karena cukup banyak website penyedia layanan e-mail gratis.
Hanya saja, internet bagi sebagian masyarakat masih merupakan barang mahal. Masih banyak pula sekolah di daerah yang hingga kini belum terjangkau akses internet. Hal ini disebabkan belum adanya jaringan telepon dan jasa penyedia layanan internet. Juga terbatasnya perangkat komputer yang dimiliki sekolah serta mahalnya biaya yang harus dikeluarkan sekolah.
Mendesain Software Pembelajaran Mandiri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan judul "Menggunakan Internet untuk komunikasi (e-mail)", dua guru SMA Bakti Ponorogo tersebut berusaha mengupas penggunaan internet untuk komunikasi (e-mail) tanpa harus mengakses internet. "SPM ini dirancang dengan menggunakan program Macromedia Flash MX 2004 Profesional untuk materi pembelajaran," jelas Suyud.
Sedangkan untuk evaluasi dirancang dengan mengunakan bahasa pemrograman Ms. Visual FoxPro versi 9.0, dipaket dalam bentuk CD installer. Materi disajikan dalam bentuk movie/video lengkap dengan petunjuk, narasi, musik, dan juga dalam bentuk lengkah demi langkah (step by step). Mulai dari cara melakukan registrasi e-mail, mengirim e-mail, menerima e-mail, attachment, download attachment file, mengelola e-mail sampai dengan pengunaan password dan antisipasi virus.
Sementara, evaluasi berbentuk pilihan ganda, lengkap dengan skor nilai, predikat, dan keterangan tuntas atau tidak tuntas. "Data nilai bagi siswa yang sudah menempuh ujian akan tersimpan dan dapat dicetak, juga tersedia fasilitas pencarian, soal dan kunci jawabannya," tegas Suyud diamini Rohmi.
Setelah mempelajari materi pada SPM ini, lanjut mereka, diharapkan khususnya siswa, guru ataupun masyarakat umumnya mampu menggunakan internet untuk komunikasi (e-mail). Sementara untuk memahami konsep media pembelajaran harus dipahami terlebih dahulu pengertian media dan pembelajaran.
Menurut mereka saat mempresentasikan karyanya, dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. "Belajar dalam pengertian aktivitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat relatif konstan," terangnya.
Ternyata, aspek yang menjadi penting dalam aktivitas belajar dan pembelajaran adalah lingkungan. Bagaimana lingkungan ini diciptakan dengan menata unsur-unsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Adapun salah satu unsur dari lingkungan yang mempengaruhi perubahan perilaku tersebut adalah apa yang disebut media.
"Sebab, apabila media pembelajaran dipilih, dikembangkan, dan digunakan secara tepat dan baik, dapat memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa," paparnya. Secara umum, tegas Suyud, manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran menarik dan interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar dapat ditingkatkan, dan PBM dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Yang menarik, dalam makalahnya, mereka juga sempat menyinggung pembuatan media pembelajaran berbasis TIK terdapat norma yakni sedapat mungkin memvisualkan konsep yang dianggap abstrak atau sukar diterima secara deskriptif oleh siswa, dan sedapat mungkin interaktif dengan pengguna. ***
cat:Ponorogo News
Guru SMA Bakti Raih Medali Perak Lomba Pembuatan Media Pembelajaran
Gunakan Program Macromedia Flash, Sajikan Materi Dalam Bentuk Movie
Dunia pendidikan Ponorogo kembali menorehkan prestasi nasional. Kali ini diraih dua guru SMA Bakti Ponorogo yakni Suyud, dan Rohmi Yulianingtyas baru saja menyabet medali perak dalam lomba Pembuatan Media Pembelajaran SMA/MA Berbasis TIK Tingkat Nasional, kategori Software Pembelajaran Mandiri (SPM), yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas.
BUDI SETYAWAN, Ponorogo
Kelebihan dari e-mail (electronic mail) adalah dapat mengirim pesan ke beberapa orang sekaligus. E-mail dapat berupa teks, gambar, file, video, audio, atau program-program lain. Penggunaan e-mail sangat praktis dan ekonomis karena cukup banyak website penyedia layanan e-mail gratis.
Hanya saja, internet bagi sebagian masyarakat masih merupakan barang mahal. Masih banyak pula sekolah di daerah yang hingga kini belum terjangkau akses internet. Hal ini disebabkan belum adanya jaringan telepon dan jasa penyedia layanan internet. Juga terbatasnya perangkat komputer yang dimiliki sekolah serta mahalnya biaya yang harus dikeluarkan sekolah.
Mendesain Software Pembelajaran Mandiri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan judul "Menggunakan Internet untuk komunikasi (e-mail)", dua guru SMA Bakti Ponorogo tersebut berusaha mengupas penggunaan internet untuk komunikasi (e-mail) tanpa harus mengakses internet. "SPM ini dirancang dengan menggunakan program Macromedia Flash MX 2004 Profesional untuk materi pembelajaran," jelas Suyud.
Sedangkan untuk evaluasi dirancang dengan mengunakan bahasa pemrograman Ms. Visual FoxPro versi 9.0, dipaket dalam bentuk CD installer. Materi disajikan dalam bentuk movie/video lengkap dengan petunjuk, narasi, musik, dan juga dalam bentuk lengkah demi langkah (step by step). Mulai dari cara melakukan registrasi e-mail, mengirim e-mail, menerima e-mail, attachment, download attachment file, mengelola e-mail sampai dengan pengunaan password dan antisipasi virus.
Sementara, evaluasi berbentuk pilihan ganda, lengkap dengan skor nilai, predikat, dan keterangan tuntas atau tidak tuntas. "Data nilai bagi siswa yang sudah menempuh ujian akan tersimpan dan dapat dicetak, juga tersedia fasilitas pencarian, soal dan kunci jawabannya," tegas Suyud diamini Rohmi.
Setelah mempelajari materi pada SPM ini, lanjut mereka, diharapkan khususnya siswa, guru ataupun masyarakat umumnya mampu menggunakan internet untuk komunikasi (e-mail). Sementara untuk memahami konsep media pembelajaran harus dipahami terlebih dahulu pengertian media dan pembelajaran.
Menurut mereka saat mempresentasikan karyanya, dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. "Belajar dalam pengertian aktivitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat relatif konstan," terangnya.
Ternyata, aspek yang menjadi penting dalam aktivitas belajar dan pembelajaran adalah lingkungan. Bagaimana lingkungan ini diciptakan dengan menata unsur-unsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Adapun salah satu unsur dari lingkungan yang mempengaruhi perubahan perilaku tersebut adalah apa yang disebut media.
"Sebab, apabila media pembelajaran dipilih, dikembangkan, dan digunakan secara tepat dan baik, dapat memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa," paparnya. Secara umum, tegas Suyud, manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran menarik dan interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar dapat ditingkatkan, dan PBM dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Yang menarik, dalam makalahnya, mereka juga sempat menyinggung pembuatan media pembelajaran berbasis TIK terdapat norma yakni sedapat mungkin memvisualkan konsep yang dianggap abstrak atau sukar diterima secara deskriptif oleh siswa, dan sedapat mungkin interaktif dengan pengguna. ***
cat:Ponorogo News
Kamis, November 23, 2006
Memoar Seorang Koruptor
Kata orang bijak manusia dibentuk oleh alam sekitarnya;berlaku hukum sebab akibat. Dan, koruptor lahir bukan hanya karena keserakahan dan adanya kesempatan, namun juga merupakan produk masyarakat.
Bila ada yang mengajukan pertanyaan, kenapa aku jadi koruptor, jawabnya, aku sudah bosan hidup miskin, dan kenapa tindakan korupsiku tidak terbongkar, jawabannya aku melakukan korupsi berjamaah, saling menjerumuskan dan saling menutup rahasia.
Biografi pendek ini aku tulis bukan karena aku orang bodoh, jika bodoh tentu tak kan mungkin jadi koruptor. Membobol uang negara itu perlu kecerdasan, keahlian khusus, strategi, dan keberanian tiada tara.
Sifat koruptifku berproses lama. Dengan menulis biografi ini beban pikiranku jadi berkurang, minimal merasa seolah-olah, ya seolah-olah dosaku berkurang walau sebetulnya tidak. Pembaca pun jadi mengerti,memaklumi, syukur-syukur mau memaafkan.
Dua hari setelah HUT-ku yang ke-5, ibuku meninggal. Sebulan kemudian ayah menikahi seorang gadis belia. Sejak itu beliau tidak ambil peduli. Hanya waktu aku mau khitan ayah memberi sedikit uang, sepasang pakaian, dan seekor kambing.
Almarhumah ibu cukup berada; sawah dan kebunnya banyak. Perhiasan emas berbentuk gelang, kalung, anting dan cincin bermata berlian, dan seikat besar uang ia simpan dalam kotak di lemari pakaian.
Tiga hari setelah jasad ibu dikubur, lemari pakaian almarhumah dibongkar paksa paman atau kakak lelaki tertua ibu. Semua perhiasan dan uang almarhumah dibagi antara paman dan adik-adik perempuannya. Dua bulan kemudian sawah dan kebun ibu juga diperebutkan, yang tersisa untukku hanya tiga pasang pakaianku, selembar sarung almarhumah.
Sejak itu aku diasuh adik nenek. Dengan susah payah nenek mudamembesarkanku, menyekolahkanku mulai dari SD di desa kami hingga tamat SMA di ibu kota kabupaten. Selama sekolah deraan hidup aku alami lahir dan batin. Di SMA aku hanya punya pakaian dua stel, sepatu tanpa kaus kaki.
Makan dua kali sehari dengan lauk seadanya, kerap sebutir telur itik untuk dua hari, jajan tidak pernah, mandi dengan sabun cuci.
Berawal dari kemiskinan.Impitan kemiskinan menyebabkan aku merasa rendah diri, aku menjauhkan diri dari pergaulan. Satu-satunya yang sering aku kunjungi di kota tempat tinggalku adalah Tia, putri sulung paman. Jika aku pulang kampung, paman menitip uang untuk Tia, aku pun diberi sekadar beli setengah bungkus rokok.
Tia sangat cantik dalam pandanganku. Ia siswi sekolah kejuruan putri.
Tanpa sadar aku pun jatuh cinta padanya.
Sehari sebelum pulang kampung libur kuartal pertama ketika duduk di bangku kelas III SMA aku ke rumah kos Tia. Bikin janji besoknya bareng pulang ke kampung. Sebelum pamit, sepucuk surat aku berikan padanya. Surat berisi curahan hati dan pernyataan cinta.
Besoknya setiba di terminal aku lihat Tia sudah duduk dalam bis. Aku pun naik, duduk pada bangku di depannya. Ia mencibir lalu meludahi wajahku.
Aku malu, merasa dihina di depan umum. Air ludahnya aku bersihkan dengan sapu tangan, sapu tangan itu aku simpan dalam kantong celana.
Aku bersumpah, suatu masa Tia dan keluarganya harus tunduk padaku. Aku bertekad memperistrinya. Untuk itu aku harus keluar dari kemiskinan. Jalan satu-satunya merantau, mengumpulkan uang sebanyak mungkin, dan melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana.
Setelah tamat SMA aku merantau ke Pulau Jawa. Setiba di Ibu Kota aku mengurus KTP, lewat uang semua serba beres.
Pada tahun pertama di Jakarta aku kerja serabutan, mulai dari mencari order untuk perusahaan penyemprot nyamuk hingga bergabung ke dalam CV Dua Jari alias nyopet. Suatu siang ketika nyopet di atas bis kota aku tertangkap tangan, lalu dikeroyok massa. Wajahku babak belur. Seorang oknum berseragam menyelamatkanku, aku dibawanya naik sepeda motor.Di tempat sepi semua uang, kalung, cincin, dan gelang emas miliku
diminta paksa.
Bosan jadi copet aku terjun sebagai salesmen, bekerja pada perusahaan pengadaan peralatan kantor. Siang kerja, malam kuliah. Di kampus aku mendapat mata kuliah tak resmi, oknum dosen membisikkan asal ada uang semua bisa diatur, mulai dari indeks prestasi (IP),skripsi, dan ijazah. Di lapangan pun aku mendapat ilmu khusus. Kepala
bagian di beberapa kantor pemerintah yang jadi klienku beri persyaratan.
Dari keuntungan yang aku dapat, 75 persen untuk dia dan 25 persen untukku.
Lalu, 90 persen barang pesanan dikirim ke kantor, sisanya dikirim ke rumahnya.
"Enak nian jadi oknum pegawai negeri. Setiap bulan terima gaji, hampir tiap hari korupsi, itu pun sambil ongkang-ongkang kaki di kantor pakai AC," gumamku.
Sejak itu aku pun bercita-cita ingin jadi pegawai negeri. Berbagai upaya ditempuh. Akhirnya uang juga yang bicara. Dengan ijazah sarjana yang cepat didapat berkat uang, aku pun diterima jadi pegawai negeri, juga pakai uang pelicin.
Hari pertama masuk kantor aku mencatat prestasi gemilang sebagai calon koruptor: sebuah pena merek Parker yang tergeletak di sebuah meja berhasil aku kantongi.
Di kantor aku menjalin hubungan dengan semua orang. Bila punya uang aku bagi-bagi pada teman. Tiap sebentar memberi kado hadiah hari kelahiran atau perkimpoian pada atasan.
Aku disenangi, jabatanku meroket, selalu berada di tempat basah. Karierku berawal sebagai pegawai biasa, terakhir pada posisi Kepala Biro Pengadaan dan Proyek. Aku berprinsip, jika mendapat rezeki maka yang lain mesti ikut menikmati.
Setahun setelah merantau aku mulai berkirim pada nenek muda; semula kecil, makin lama makin besar. Taraf pertama dapur nenek muda aku suruh perbaiki, setahun kemudian kukirimi uang untuk renovasi rumah.
Paman yang dulu membongkar lemari almarhumah ibu berulang kali menulis surat, berpesan supaya aku jangan mencari istri di negeri orang, dan mohon agar aku segera pulang kampung. Aku pun pulang kampung sebagai pemuda sukses. Dua hari setiba di kampung, paman bersama putri sulung dan bungsunya, Tia dan Carla, datang menemuiku di
rumah nenek muda. Tia bertitel sarjana, tapi belum kerja. Carla siswi SMA.
Keduanya cantik. Dalam hati aku berbisik, kedua gadis cantik itu mesti jadi milikku.
Paman memohon padaku agar bersedia mempersunting Tia. Anaknya banyak, dia kerepotan memikul biaya rumah tangganya. Dua minggu setelah berada di kampung aku menikah dengan Tia, seminggu kemudian memboyongnya ke Jakarta. Carla juga ikut. Aku berhasil meyakinkan paman, berjanji membiayai sekolahnya di Jakarta.
Pada tahun ketiga pernikahan kami, Tia coba bunuh diri lantaran Carla memberi tahu dari Bandung-tempat ia aku kuliahkan-bahwa ia sedang mengandung anakku. Tentu ada tuduhan aku lelaki tak bermoral.
Sebagai koruptor tentu aku tidak bermoral, orang bermoral tak mungkin jadi koruptor.
Waktu menerima SK pensiun aku tercatat sebagai salah seorang koruptor cukup sukses. Di kampung punya tiga rumah mewah, banyak sawah dan kebun. Di rantau memiliki lima rumah, satu di Pondok Indah, satu di Permata Hijau, sebuah di Kapuk Mutiara, sebuah di Jakarta Pusat dan sebuah Villa di Cipanas, tiga buah mobil mewah, setumpuk batangan emas, beberapa deposito bank dalam dan luar negeri, serta memiliki saham di beberapa perusahaan.
Tia tidak berbahagia menikah denganku. Pada hari tuanya ia sakit-sakitan.
Kami tidak punya anak, tapi anakku dengan wanita lain ada tujuh orang; sepasang dari Carla, tiga dari dua pembantu yang pernah bekerja pada kami, dan dua lagi dari wanita berlainan. Anak pertama mengidap HIV/AIDS, anak kedua hamil sebelum nikah, dua lainnya kecanduan narkoba, seorang jadi buronan polisi, seorang jadi lesbian, si bungsu masih di taman kanak-kanak.
Aku sendiri, bahagiakah? Entahlah! Ada hasrat untuk tobat, tapi hati dan otak nampaknya sudah terlalu sarat dosa. Yang terbayang bukan senyum bidadari di dalam surga, melainkan api neraka yang menyala.
Ingin tahu siapa aku? ......
Berdirilah di depan cermin, mungkin aku adalah yang bayangannya terlihat pada kaca.
Atau, dia itu adalah ayah, paman, saudara atau tetangga Anda sendiri..
cat:Artikel
Bila ada yang mengajukan pertanyaan, kenapa aku jadi koruptor, jawabnya, aku sudah bosan hidup miskin, dan kenapa tindakan korupsiku tidak terbongkar, jawabannya aku melakukan korupsi berjamaah, saling menjerumuskan dan saling menutup rahasia.
Biografi pendek ini aku tulis bukan karena aku orang bodoh, jika bodoh tentu tak kan mungkin jadi koruptor. Membobol uang negara itu perlu kecerdasan, keahlian khusus, strategi, dan keberanian tiada tara.
Sifat koruptifku berproses lama. Dengan menulis biografi ini beban pikiranku jadi berkurang, minimal merasa seolah-olah, ya seolah-olah dosaku berkurang walau sebetulnya tidak. Pembaca pun jadi mengerti,memaklumi, syukur-syukur mau memaafkan.
Dua hari setelah HUT-ku yang ke-5, ibuku meninggal. Sebulan kemudian ayah menikahi seorang gadis belia. Sejak itu beliau tidak ambil peduli. Hanya waktu aku mau khitan ayah memberi sedikit uang, sepasang pakaian, dan seekor kambing.
Almarhumah ibu cukup berada; sawah dan kebunnya banyak. Perhiasan emas berbentuk gelang, kalung, anting dan cincin bermata berlian, dan seikat besar uang ia simpan dalam kotak di lemari pakaian.
Tiga hari setelah jasad ibu dikubur, lemari pakaian almarhumah dibongkar paksa paman atau kakak lelaki tertua ibu. Semua perhiasan dan uang almarhumah dibagi antara paman dan adik-adik perempuannya. Dua bulan kemudian sawah dan kebun ibu juga diperebutkan, yang tersisa untukku hanya tiga pasang pakaianku, selembar sarung almarhumah.
Sejak itu aku diasuh adik nenek. Dengan susah payah nenek mudamembesarkanku, menyekolahkanku mulai dari SD di desa kami hingga tamat SMA di ibu kota kabupaten. Selama sekolah deraan hidup aku alami lahir dan batin. Di SMA aku hanya punya pakaian dua stel, sepatu tanpa kaus kaki.
Makan dua kali sehari dengan lauk seadanya, kerap sebutir telur itik untuk dua hari, jajan tidak pernah, mandi dengan sabun cuci.
Berawal dari kemiskinan.Impitan kemiskinan menyebabkan aku merasa rendah diri, aku menjauhkan diri dari pergaulan. Satu-satunya yang sering aku kunjungi di kota tempat tinggalku adalah Tia, putri sulung paman. Jika aku pulang kampung, paman menitip uang untuk Tia, aku pun diberi sekadar beli setengah bungkus rokok.
Tia sangat cantik dalam pandanganku. Ia siswi sekolah kejuruan putri.
Tanpa sadar aku pun jatuh cinta padanya.
Sehari sebelum pulang kampung libur kuartal pertama ketika duduk di bangku kelas III SMA aku ke rumah kos Tia. Bikin janji besoknya bareng pulang ke kampung. Sebelum pamit, sepucuk surat aku berikan padanya. Surat berisi curahan hati dan pernyataan cinta.
Besoknya setiba di terminal aku lihat Tia sudah duduk dalam bis. Aku pun naik, duduk pada bangku di depannya. Ia mencibir lalu meludahi wajahku.
Aku malu, merasa dihina di depan umum. Air ludahnya aku bersihkan dengan sapu tangan, sapu tangan itu aku simpan dalam kantong celana.
Aku bersumpah, suatu masa Tia dan keluarganya harus tunduk padaku. Aku bertekad memperistrinya. Untuk itu aku harus keluar dari kemiskinan. Jalan satu-satunya merantau, mengumpulkan uang sebanyak mungkin, dan melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana.
Setelah tamat SMA aku merantau ke Pulau Jawa. Setiba di Ibu Kota aku mengurus KTP, lewat uang semua serba beres.
Pada tahun pertama di Jakarta aku kerja serabutan, mulai dari mencari order untuk perusahaan penyemprot nyamuk hingga bergabung ke dalam CV Dua Jari alias nyopet. Suatu siang ketika nyopet di atas bis kota aku tertangkap tangan, lalu dikeroyok massa. Wajahku babak belur. Seorang oknum berseragam menyelamatkanku, aku dibawanya naik sepeda motor.Di tempat sepi semua uang, kalung, cincin, dan gelang emas miliku
diminta paksa.
Bosan jadi copet aku terjun sebagai salesmen, bekerja pada perusahaan pengadaan peralatan kantor. Siang kerja, malam kuliah. Di kampus aku mendapat mata kuliah tak resmi, oknum dosen membisikkan asal ada uang semua bisa diatur, mulai dari indeks prestasi (IP),skripsi, dan ijazah. Di lapangan pun aku mendapat ilmu khusus. Kepala
bagian di beberapa kantor pemerintah yang jadi klienku beri persyaratan.
Dari keuntungan yang aku dapat, 75 persen untuk dia dan 25 persen untukku.
Lalu, 90 persen barang pesanan dikirim ke kantor, sisanya dikirim ke rumahnya.
"Enak nian jadi oknum pegawai negeri. Setiap bulan terima gaji, hampir tiap hari korupsi, itu pun sambil ongkang-ongkang kaki di kantor pakai AC," gumamku.
Sejak itu aku pun bercita-cita ingin jadi pegawai negeri. Berbagai upaya ditempuh. Akhirnya uang juga yang bicara. Dengan ijazah sarjana yang cepat didapat berkat uang, aku pun diterima jadi pegawai negeri, juga pakai uang pelicin.
Hari pertama masuk kantor aku mencatat prestasi gemilang sebagai calon koruptor: sebuah pena merek Parker yang tergeletak di sebuah meja berhasil aku kantongi.
Di kantor aku menjalin hubungan dengan semua orang. Bila punya uang aku bagi-bagi pada teman. Tiap sebentar memberi kado hadiah hari kelahiran atau perkimpoian pada atasan.
Aku disenangi, jabatanku meroket, selalu berada di tempat basah. Karierku berawal sebagai pegawai biasa, terakhir pada posisi Kepala Biro Pengadaan dan Proyek. Aku berprinsip, jika mendapat rezeki maka yang lain mesti ikut menikmati.
Setahun setelah merantau aku mulai berkirim pada nenek muda; semula kecil, makin lama makin besar. Taraf pertama dapur nenek muda aku suruh perbaiki, setahun kemudian kukirimi uang untuk renovasi rumah.
Paman yang dulu membongkar lemari almarhumah ibu berulang kali menulis surat, berpesan supaya aku jangan mencari istri di negeri orang, dan mohon agar aku segera pulang kampung. Aku pun pulang kampung sebagai pemuda sukses. Dua hari setiba di kampung, paman bersama putri sulung dan bungsunya, Tia dan Carla, datang menemuiku di
rumah nenek muda. Tia bertitel sarjana, tapi belum kerja. Carla siswi SMA.
Keduanya cantik. Dalam hati aku berbisik, kedua gadis cantik itu mesti jadi milikku.
Paman memohon padaku agar bersedia mempersunting Tia. Anaknya banyak, dia kerepotan memikul biaya rumah tangganya. Dua minggu setelah berada di kampung aku menikah dengan Tia, seminggu kemudian memboyongnya ke Jakarta. Carla juga ikut. Aku berhasil meyakinkan paman, berjanji membiayai sekolahnya di Jakarta.
Pada tahun ketiga pernikahan kami, Tia coba bunuh diri lantaran Carla memberi tahu dari Bandung-tempat ia aku kuliahkan-bahwa ia sedang mengandung anakku. Tentu ada tuduhan aku lelaki tak bermoral.
Sebagai koruptor tentu aku tidak bermoral, orang bermoral tak mungkin jadi koruptor.
Waktu menerima SK pensiun aku tercatat sebagai salah seorang koruptor cukup sukses. Di kampung punya tiga rumah mewah, banyak sawah dan kebun. Di rantau memiliki lima rumah, satu di Pondok Indah, satu di Permata Hijau, sebuah di Kapuk Mutiara, sebuah di Jakarta Pusat dan sebuah Villa di Cipanas, tiga buah mobil mewah, setumpuk batangan emas, beberapa deposito bank dalam dan luar negeri, serta memiliki saham di beberapa perusahaan.
Tia tidak berbahagia menikah denganku. Pada hari tuanya ia sakit-sakitan.
Kami tidak punya anak, tapi anakku dengan wanita lain ada tujuh orang; sepasang dari Carla, tiga dari dua pembantu yang pernah bekerja pada kami, dan dua lagi dari wanita berlainan. Anak pertama mengidap HIV/AIDS, anak kedua hamil sebelum nikah, dua lainnya kecanduan narkoba, seorang jadi buronan polisi, seorang jadi lesbian, si bungsu masih di taman kanak-kanak.
Aku sendiri, bahagiakah? Entahlah! Ada hasrat untuk tobat, tapi hati dan otak nampaknya sudah terlalu sarat dosa. Yang terbayang bukan senyum bidadari di dalam surga, melainkan api neraka yang menyala.
Ingin tahu siapa aku? ......
Berdirilah di depan cermin, mungkin aku adalah yang bayangannya terlihat pada kaca.
Atau, dia itu adalah ayah, paman, saudara atau tetangga Anda sendiri..
cat:Artikel
Manusia Penyebab Kebakaran Hutan di Ponorogo
Metrotvnews.com, Ponorogo: Kebakaran hutan jati di kawasan hutan Gunung Gajah, Kecamatan Sambit, Balong Ngebel, Slahung, dan Kecamatan Bedekan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, hingga Selasa (21/11), masih berlangsung. Angin yang kencang mengakibatkan area kebakaran semakin luas.
Kebakaran ini dipastikan karena ulah manusia yang ceroboh. Hanya beberapa kasus disebabkan oleh gesekan dahan kering pada musim kemarau. Kebakaran terjadi disebabkan ada yang membakar sampah di tengah hutan dan membuang puntung rokok. Pihak kepolisian sudah menahan seorang dalam kasus pembakaran hutan pinus di Gunung Gajah, Kecamatan Bungkal pada November lalu.(****/BEY)
Rabu, November 22, 2006
Perubahan Jalur Jalan di Ponorogo Tak Jelas
Author : Rizki Hanggarisita
Wed, 15 Nov 2006 15:13:42 +0700
Ponorogo – Perubahan jalur di Jalan Soekarno-Hatta, Ponorogo, Jawa Timur, membingungkan warga. Dua tahun lalu jalan tersebut pernah diuji coba untuk menjadi jalur satu arah, namun hingga kini belum ada evaluasi. Padahal jalur tersebut selalu padat dengan arus lalu lintas dari dua arah.
Ketua Badan Pembina Transportasi Daerah Luhur Karsanto, Selasa (14/11) siang, mengatakan kepada radio Reyog FM Ponorogo, untuk mengubah jalur dua arah menjadi satu arah perlu pertimbangan dan evaluasi mendetail. Terutama mengenai waktu kepadatan arus lalu lintas, kemacetan, serta potensi kecelakaan.
Luhur Karsanto yang juga Sekretaris Kabupaten Ponorogo mengaku belum pernah menerima laporan secara mendetail tentang rencana perubahan jalur Jalan Soekarno-Hatta yang pernah diuji coba menjadi jalur searah.
Dia menyebutkan, jalur padat yang membuat kemacetan di tengah-tengah kota selain Jalan Soekarno-Hatta antara lain Jalan Jaksa Agung Suprapto. Namun, Pemda belum bisa memberikan gambaran mendetail.
Namun, Direktur LSM Independen Ponorogo Hadi Santoso menilai perubahan jalur tersebut sebagai kemunduran.
"Karena di tahun 1980-an, Kabupaten Ponorogo sudah mempunyai jalan searah, yakni Jalan A Yani yang dulu dikenal Jalan Sawunggaling. Untuk mengurangi kemacetan dan kecelakaan, sudah selayaknya memberlakukan jalan searah, terutama di jalur padat," katanya. (Rizki Hanggarisita/E5)
Wed, 15 Nov 2006 15:13:42 +0700
Ponorogo – Perubahan jalur di Jalan Soekarno-Hatta, Ponorogo, Jawa Timur, membingungkan warga. Dua tahun lalu jalan tersebut pernah diuji coba untuk menjadi jalur satu arah, namun hingga kini belum ada evaluasi. Padahal jalur tersebut selalu padat dengan arus lalu lintas dari dua arah.
Ketua Badan Pembina Transportasi Daerah Luhur Karsanto, Selasa (14/11) siang, mengatakan kepada radio Reyog FM Ponorogo, untuk mengubah jalur dua arah menjadi satu arah perlu pertimbangan dan evaluasi mendetail. Terutama mengenai waktu kepadatan arus lalu lintas, kemacetan, serta potensi kecelakaan.
Luhur Karsanto yang juga Sekretaris Kabupaten Ponorogo mengaku belum pernah menerima laporan secara mendetail tentang rencana perubahan jalur Jalan Soekarno-Hatta yang pernah diuji coba menjadi jalur searah.
Dia menyebutkan, jalur padat yang membuat kemacetan di tengah-tengah kota selain Jalan Soekarno-Hatta antara lain Jalan Jaksa Agung Suprapto. Namun, Pemda belum bisa memberikan gambaran mendetail.
Namun, Direktur LSM Independen Ponorogo Hadi Santoso menilai perubahan jalur tersebut sebagai kemunduran.
"Karena di tahun 1980-an, Kabupaten Ponorogo sudah mempunyai jalan searah, yakni Jalan A Yani yang dulu dikenal Jalan Sawunggaling. Untuk mengurangi kemacetan dan kecelakaan, sudah selayaknya memberlakukan jalan searah, terutama di jalur padat," katanya. (Rizki Hanggarisita/E5)
Selasa, November 21, 2006
Rencana Pembangunan Tol Jogja-Kertosono
Pintu Tol Harus di Caruban
Tuntutan Petinggi Madiun ke Tim Pusat
MADIUN - Proyek nasional jalan tol Jogja-Kertosono (Nganjuk), yang akan melewati wilayah Ngawi, Magetan, dan Kabupaten Madiun diprediksi akan berdampak besar. Terutama, imbas sosial ekonomi terhadap daerah yang dilewatinya. Untuk kawasan Madiun, nasib Kota Caruban menjadi salah satu fokus perhatian. "Kita berharap jalan tol menjadikan Caruban semakin berkembang. Bukan malah sebaliknya," ujar Ketua DPRD Tomo Budi Harsojo, kemarin.
Diakui dampak sosial ekonomi keberadaan jalan tol sepanjang 87, 6 km yang melewati wilayah Kabupaten Madiun cukup besar. Bagi Kota Caruban, keberadaan jalan tol tersebut akan menguntungkan jika jalan masuk ke jalur tol dari arah Madiun dan Ponorogo dilewatkan Kota Caruban.
Sebaliknya calon ibukota Kabupaten Madiun itu justru akan menjadi kota mati jika jalur masuk tol berada di lokasi seperti Balerejo atau Sawahan. Ini dimungkinkan karena jalur terdekat ke tol dari arah Madiun-Ponorogo melewati dua daerah tersebut. "Masukan ini layak jadi pertimbangan tim teknis pusat yang akan menggarap desain jalan tol tersebut," katanya.
Selain itu, Tomo juga mengisyaratkan agar Pemkab Madiun segera mempersiapkan review Rencana Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota Caruban terkait dengan rencana pembangunan jalan tol yang didanai pemerintah pusat itu. Lantaran dipastikan ada beberapa kawasan yang akan berubah fungsinya jika jalan tol tersebut direalisasi. "Minimal pemkab sudah ada gambaran bagaimana revisi RUTRK nanti. Karena detail desainnya memang belum selesai," kata Tomo.
Sementara Kepala Bappeda Kabupaten Madiun Sukiman menyatakan bahwa perubahan RUTRK Caruban secara otmatis akan dilakukan jika nanti jalan tol nasional itu benar-benar direalisasi. Hanya saja, pihaknya belum bisa memberikan gambaran perubahan seperti apa yang akan dilakukan untuk menata Kota Caruban. Karena hingga saat ini belum masukan soal rencana fisik jalan tol Jogja-Kertosono. "Sekarang ini baru tahap sosialisasi Amdal. Detail design-nya kami belum tahu," katanya.
Saat ini, lanjutnya, pemkab baru memperoleh gambaran umum lokasi mana saja yang akan dilalui proyek tol tersebut. Diinformasikan ada 18 desa di empat kecamatan yang akan dilewati jalan tol tersebut. Beberapa waktu lalu perwakilan warga 18 desa tersebut diundang untuk mengikuti sosialisasi Amdal. "Ya lebih baik tahu kepastian soal desainnya dulu bagaimana. Jadi lebih mudah untuk membua kemungkinan review RUTRK," ujar Sukiman.
Seperti diberitakan sebelumya, wilayab Kabupaten Madiun dipastikan bakal dilewati jalan tol Jogja-Kertosono. Jalan tol sepanjang 215,895 km tersebut juga akan melewati wilayah Kabupaten Ngawi. (yup)
RADAR MADIUN (Dikirim oleh: admin)
Tuntutan Petinggi Madiun ke Tim Pusat
MADIUN - Proyek nasional jalan tol Jogja-Kertosono (Nganjuk), yang akan melewati wilayah Ngawi, Magetan, dan Kabupaten Madiun diprediksi akan berdampak besar. Terutama, imbas sosial ekonomi terhadap daerah yang dilewatinya. Untuk kawasan Madiun, nasib Kota Caruban menjadi salah satu fokus perhatian. "Kita berharap jalan tol menjadikan Caruban semakin berkembang. Bukan malah sebaliknya," ujar Ketua DPRD Tomo Budi Harsojo, kemarin.
Diakui dampak sosial ekonomi keberadaan jalan tol sepanjang 87, 6 km yang melewati wilayah Kabupaten Madiun cukup besar. Bagi Kota Caruban, keberadaan jalan tol tersebut akan menguntungkan jika jalan masuk ke jalur tol dari arah Madiun dan Ponorogo dilewatkan Kota Caruban.
Sebaliknya calon ibukota Kabupaten Madiun itu justru akan menjadi kota mati jika jalur masuk tol berada di lokasi seperti Balerejo atau Sawahan. Ini dimungkinkan karena jalur terdekat ke tol dari arah Madiun-Ponorogo melewati dua daerah tersebut. "Masukan ini layak jadi pertimbangan tim teknis pusat yang akan menggarap desain jalan tol tersebut," katanya.
Selain itu, Tomo juga mengisyaratkan agar Pemkab Madiun segera mempersiapkan review Rencana Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota Caruban terkait dengan rencana pembangunan jalan tol yang didanai pemerintah pusat itu. Lantaran dipastikan ada beberapa kawasan yang akan berubah fungsinya jika jalan tol tersebut direalisasi. "Minimal pemkab sudah ada gambaran bagaimana revisi RUTRK nanti. Karena detail desainnya memang belum selesai," kata Tomo.
Sementara Kepala Bappeda Kabupaten Madiun Sukiman menyatakan bahwa perubahan RUTRK Caruban secara otmatis akan dilakukan jika nanti jalan tol nasional itu benar-benar direalisasi. Hanya saja, pihaknya belum bisa memberikan gambaran perubahan seperti apa yang akan dilakukan untuk menata Kota Caruban. Karena hingga saat ini belum masukan soal rencana fisik jalan tol Jogja-Kertosono. "Sekarang ini baru tahap sosialisasi Amdal. Detail design-nya kami belum tahu," katanya.
Saat ini, lanjutnya, pemkab baru memperoleh gambaran umum lokasi mana saja yang akan dilalui proyek tol tersebut. Diinformasikan ada 18 desa di empat kecamatan yang akan dilewati jalan tol tersebut. Beberapa waktu lalu perwakilan warga 18 desa tersebut diundang untuk mengikuti sosialisasi Amdal. "Ya lebih baik tahu kepastian soal desainnya dulu bagaimana. Jadi lebih mudah untuk membua kemungkinan review RUTRK," ujar Sukiman.
Seperti diberitakan sebelumya, wilayab Kabupaten Madiun dipastikan bakal dilewati jalan tol Jogja-Kertosono. Jalan tol sepanjang 215,895 km tersebut juga akan melewati wilayah Kabupaten Ngawi. (yup)
RADAR MADIUN (Dikirim oleh: admin)
Senandung Bumi Ponorogo
Minggu, 19 Nov 2006,
BERBAGAI media bisa dijadikan sarana berkomunikasi dan menjalin silaturahmi. Bagi para seniman, karya-karya yang mereka hasilkan pun bisa dijadikan sarana manjur untuk menjalin persahabatan. Itu dibuktikan delapan perupa asal Ponorogo yang sekarang berpameran di Taman Budaya Jawa Timur.
Pameran tersebut dibuka kemarin dan berakhir 26 November. Yang membuka pameran adalah Darwi, sesepuh Ponorogo, dan Kepala TBJT Pribadi Agus Santoso. Delapan perupa yang unjuk karya adalah Maspur, Andi Miswandi, Bambang Irawanto, Sutaji, Titis Gradasi, Zainul Mustofa, Trio Widodo, dan Edi Sukamto.
Para perupa itu mengusung tema Senandung Bumi Ponorogo Ke-5. Setiap tahun, tema itu memang mereka angkat dalam pameran. Menurut Andi Miswandi, tujuan pameran tersebut adalah menjalin persahabatan dan silaturahmi dengan pelukis Jatim, khususnya dari Surabaya. "Kami memang ingin belajar dari para pelukis di Jawa Timur, khususnya yang berasal dari Surabaya," kata Andi.
Ada 30 lukisan yang dipamerkan. Seluruhnya bercerita tentang budaya Jatim, khususnya Ponorogo. Para perupa itu memamerkan keunikan ciri khas melukis masing-masing. "Lima puluh persen tujuan kami adalah ingin mempromosikan pariwisata Jatim," katanya.
Tujuan itu, antara lain, tampak pada lukisan Andi yang berjudul Mentari. Lukisan pada kanvas berukuran 140 x 100 sentimeter tersebut menggambarkan seorang ibu yang berjuang habis-habisan untuk menghidupi keluarganya. Menurut Andi, aktivitas berjualan itu juga bisa disebut sebagai budaya Jatim. "Di beberapa pelosok terdapat banyak keluarga miskin sehingga para wanita terpaksa membantu suami mencari nafkah," lanjutnya.
Pada upacara pembukaan tadi malam, para perupa mengundang penari Jathilan untuk menghibur pengunjung. "Mudah-mudahan pameran ini mampu mengangkat potensi Jatim. Saya rasa, ini adalah sinergi yang bagus antara pelukis daerah dan Surabaya," ujar Pribadi Agus Santoso. (ode)
BERBAGAI media bisa dijadikan sarana berkomunikasi dan menjalin silaturahmi. Bagi para seniman, karya-karya yang mereka hasilkan pun bisa dijadikan sarana manjur untuk menjalin persahabatan. Itu dibuktikan delapan perupa asal Ponorogo yang sekarang berpameran di Taman Budaya Jawa Timur.
Pameran tersebut dibuka kemarin dan berakhir 26 November. Yang membuka pameran adalah Darwi, sesepuh Ponorogo, dan Kepala TBJT Pribadi Agus Santoso. Delapan perupa yang unjuk karya adalah Maspur, Andi Miswandi, Bambang Irawanto, Sutaji, Titis Gradasi, Zainul Mustofa, Trio Widodo, dan Edi Sukamto.
Para perupa itu mengusung tema Senandung Bumi Ponorogo Ke-5. Setiap tahun, tema itu memang mereka angkat dalam pameran. Menurut Andi Miswandi, tujuan pameran tersebut adalah menjalin persahabatan dan silaturahmi dengan pelukis Jatim, khususnya dari Surabaya. "Kami memang ingin belajar dari para pelukis di Jawa Timur, khususnya yang berasal dari Surabaya," kata Andi.
Ada 30 lukisan yang dipamerkan. Seluruhnya bercerita tentang budaya Jatim, khususnya Ponorogo. Para perupa itu memamerkan keunikan ciri khas melukis masing-masing. "Lima puluh persen tujuan kami adalah ingin mempromosikan pariwisata Jatim," katanya.
Tujuan itu, antara lain, tampak pada lukisan Andi yang berjudul Mentari. Lukisan pada kanvas berukuran 140 x 100 sentimeter tersebut menggambarkan seorang ibu yang berjuang habis-habisan untuk menghidupi keluarganya. Menurut Andi, aktivitas berjualan itu juga bisa disebut sebagai budaya Jatim. "Di beberapa pelosok terdapat banyak keluarga miskin sehingga para wanita terpaksa membantu suami mencari nafkah," lanjutnya.
Pada upacara pembukaan tadi malam, para perupa mengundang penari Jathilan untuk menghibur pengunjung. "Mudah-mudahan pameran ini mampu mengangkat potensi Jatim. Saya rasa, ini adalah sinergi yang bagus antara pelukis daerah dan Surabaya," ujar Pribadi Agus Santoso. (ode)
Puting Beliung juga Mengamuk di Ponorogo
Penulis: Agustanto BP
PONOROGO--MIOL: Hujan yang mengguyur Kota Ponorogo disertai angin puting beliung, Selasa (14/11) malam, mengakibatkan puluhan rumah rusak berat dan ringan. Terutama di Desa Purwosari dan Desa Trisono, Kecamatan Babadan.
Jumlah tersebut semakin banyak bila ditambah kerusakan di Desa Lembah, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun yang juga disapu angin puyuh, Selasa (14/11) malam.
Bonari, 60, pemilik peternakan ayam di Desa Purwosari, Kecamatan Babadan, merugi Rp50 juta lebih akibat amukan angin kencang yang melanda desanya. Dua unit bangunan kandang ayam ukuran 10 m x 65 m beserta 200 unit peralatan pakan ayam miliknya, hancur dan rata dengan tanah.
"Hujan itu sekitar 15 menit tapi tiba-tiba gelap dan angin puting beliung itu sekitar 3 menit bergulung-gulung datang dan menyambar apa yang dilaluinya. Semua pohon di sini juga tumbang. Untung saja, semua pekerja saya cepat lari, kalau tidak pasti sudah ada korban jiwa," kata Bonari.
Hal senada diungkapkan Sutikno, 30, pemilik bengkel motor di Jalan Porwosari. Akibat amukan puting beliung, semua atap bengunan bengkelnya melayang dibawa angin, dan sebagian dinding bangunan bengkelnya ambrol.
"Atapnya hilang disambar angin, mungkin kalau ditaksir kerugiannya sekitar Rp700.000," ujarnya.
Kepala Urusan Pemerintahan Desa Purwosari, Djony ketika dikonfirmasi, Rabu (15/11), belum ada warga yang lapor, sehingga belum ada data masuk.
Proses evakuasi pohon yang tumbang dan bangunan rusak berat dan ringan akibat bencana alam di Kecamatan Babadan, dilakukan warga secara swadaya.
Puting beliung Dolopo
Berbeda dengan penanganan bencana di Desa Lembah, Kecamatan Dolopo, Madiun, pada hari yang sama.
Mengatasi kerusakan pascaputing beliung di Desa Lembah, jajaran kepala desa, kecamatan dan Polsek, serta Koramil bertindak sangat cepat. Sejak kejadian, Selasa malam,
begitu mendapat laporan, aparat desa hingga kecamatan, Polsek dan Koramil langsung turun ke lokasi, melakukan pembersihan bersama warga setempat. Proses evakuasi puing-puing dilakukan warga dibantu aparat muspika hingga Rabu siang.
"Pertama dahulukan pembersihan pohon-pohon tumbang dan melintang di jalan dan penanganan listrik. Karena kabel yang putus jika tidak segera dilakukan penanganan bisa mengancam jiwa. Kita juga koordinasi dengan PLN," kata Beny Adi Wijaya, Camat Dolopo di lokasi bencana, Rabu.
Selain Camat Dolopo, tampak ke lokasi bencana antara lain, Danrem 081 Dhirot Saha Jaya Madiun Kol. Art. Edy Rahmat, Dandim 0803 Madiun Letkol Inf. Karel Marpaung.
Menurut data, jumlah rumah yang mengalami kerusakan 65 unit. Tiga unit rusak berat dan sisanya mengalami rusak ringan. (AG/OL-02).
PONOROGO--MIOL: Hujan yang mengguyur Kota Ponorogo disertai angin puting beliung, Selasa (14/11) malam, mengakibatkan puluhan rumah rusak berat dan ringan. Terutama di Desa Purwosari dan Desa Trisono, Kecamatan Babadan.
Jumlah tersebut semakin banyak bila ditambah kerusakan di Desa Lembah, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun yang juga disapu angin puyuh, Selasa (14/11) malam.
Bonari, 60, pemilik peternakan ayam di Desa Purwosari, Kecamatan Babadan, merugi Rp50 juta lebih akibat amukan angin kencang yang melanda desanya. Dua unit bangunan kandang ayam ukuran 10 m x 65 m beserta 200 unit peralatan pakan ayam miliknya, hancur dan rata dengan tanah.
"Hujan itu sekitar 15 menit tapi tiba-tiba gelap dan angin puting beliung itu sekitar 3 menit bergulung-gulung datang dan menyambar apa yang dilaluinya. Semua pohon di sini juga tumbang. Untung saja, semua pekerja saya cepat lari, kalau tidak pasti sudah ada korban jiwa," kata Bonari.
Hal senada diungkapkan Sutikno, 30, pemilik bengkel motor di Jalan Porwosari. Akibat amukan puting beliung, semua atap bengunan bengkelnya melayang dibawa angin, dan sebagian dinding bangunan bengkelnya ambrol.
"Atapnya hilang disambar angin, mungkin kalau ditaksir kerugiannya sekitar Rp700.000," ujarnya.
Kepala Urusan Pemerintahan Desa Purwosari, Djony ketika dikonfirmasi, Rabu (15/11), belum ada warga yang lapor, sehingga belum ada data masuk.
Proses evakuasi pohon yang tumbang dan bangunan rusak berat dan ringan akibat bencana alam di Kecamatan Babadan, dilakukan warga secara swadaya.
Puting beliung Dolopo
Berbeda dengan penanganan bencana di Desa Lembah, Kecamatan Dolopo, Madiun, pada hari yang sama.
Mengatasi kerusakan pascaputing beliung di Desa Lembah, jajaran kepala desa, kecamatan dan Polsek, serta Koramil bertindak sangat cepat. Sejak kejadian, Selasa malam,
begitu mendapat laporan, aparat desa hingga kecamatan, Polsek dan Koramil langsung turun ke lokasi, melakukan pembersihan bersama warga setempat. Proses evakuasi puing-puing dilakukan warga dibantu aparat muspika hingga Rabu siang.
"Pertama dahulukan pembersihan pohon-pohon tumbang dan melintang di jalan dan penanganan listrik. Karena kabel yang putus jika tidak segera dilakukan penanganan bisa mengancam jiwa. Kita juga koordinasi dengan PLN," kata Beny Adi Wijaya, Camat Dolopo di lokasi bencana, Rabu.
Selain Camat Dolopo, tampak ke lokasi bencana antara lain, Danrem 081 Dhirot Saha Jaya Madiun Kol. Art. Edy Rahmat, Dandim 0803 Madiun Letkol Inf. Karel Marpaung.
Menurut data, jumlah rumah yang mengalami kerusakan 65 unit. Tiga unit rusak berat dan sisanya mengalami rusak ringan. (AG/OL-02).
Jumat, November 17, 2006
Pasca-Lebaran Perceraian di Ponorogo Naik 300 Persen
Penulis: Agustanto BP
PONOROGO--MIOL: Pasca-Idul Fitri 1427 H, Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Ponorogo kebanjiran pendaftar perceraian. Kasus perceraian mencapai 300 lebih atau sekitar 3 kali lipat dibandingkan hari-hari sebelumnya.
"Mulai Senin (6/11) pendaftar sangat banyak. Saya sempat terkejut begitu =
memasuki kantor karena banyak orang mengantre hingga harus menunggu di =
teras," kata Panitera Pengadilan Agama Ponorogo, Moh Fahrur kepada wartawan di kantornya, Selasa (7/11).
Menurut data tingkat perceraian di Kabupaten Ponorogo termasuk tinggi, baik di tingkatan provinsi, maupun se eks Karesidenan Madiun. Pada 2006 ini, pendaftar perceraian mengalami kenaikan tajam. Untuk Juni, ada 80 perkara, Juli 84 perkara, dan Agustus 86 perkara.
Moh Fahrur mengatakan sebelumnya pihak PA memprediksi jumlah pendaftar perceraian akan mengalami penurunan menjelang dan saat bulan suci Ramadan tiba. Kemudian, akan mengalami kenaikan drastis pasca-lebaran.
"Selain faktor malu, penundaan pendaftaran perceraian itu dilakukan kemungkinan karena alasan biaya. Sementara biaya dialihkan untuk berlebaran," jelasnya.
Prediksi itu terbukti, bila dilihat dari data sementara hari efektif kerja kantor PA pascalibur Lebaran. Pada hari pertama, Senin (6/11) lalu jumlah pendaftar perceraian mencapai delapan orang. Sedang hari kedua, Selasa, naik drastis hingga mencapai 17 orang.
Padahal bulan puasa jumlah pendaftar perkara perceraian hanya 49 kasus.
Menurut Fahrur, ada dua hal kuat yang selama ini melatarbelakangi kenaikan tersebut. Antara lain kurangnya tanggung jawab dan kurangnya keharmonisan dalam rumah tangga. Sedangkan masalah yang didaftarkan, kebanyakan hanya empat jenis. Yaitu gugat cerai, talak suami, dispensasi dan poligami.
"Terbesar adalah cerai gugat yang dilakukan para istri. Jumlahnya dua kali lipat dari perkara dengan jenis masalah cerai talak yang dilakukan para suami," tambahnya.
Pada Juni, cerai talak 27 perkara, Juli 23 perkara dan Agustus 25 perkara. Cerai gugat, jumlahnya 50 lebih tinggi. Juni mencapai 49 perkara, Juli 56 perkara dan Agustus 57 perkara. Sementara itu sampai Oktober (bulan Puasa), yang diputus mencapai 53 perkara dari jumlah total 218 perkara, sebayak 169 di antaranya sisa perkara bulan sebelumnya.
"Kalau dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur jumlah tersebut masih lebih tinggi dari Kabupaten Malang, Banyuwangi dan Jember. Tapi kalau se eks Karesidenan Madiun kita nomer dua setelah Kabupaten Ngawi. Dan tampaknya dari waktu ke waktu semakin meningkat," jelasnya. (AG/OL-02). Selasa, 07 November 2006 20:58 WIB
PONOROGO--MIOL: Pasca-Idul Fitri 1427 H, Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Ponorogo kebanjiran pendaftar perceraian. Kasus perceraian mencapai 300 lebih atau sekitar 3 kali lipat dibandingkan hari-hari sebelumnya.
"Mulai Senin (6/11) pendaftar sangat banyak. Saya sempat terkejut begitu =
memasuki kantor karena banyak orang mengantre hingga harus menunggu di =
teras," kata Panitera Pengadilan Agama Ponorogo, Moh Fahrur kepada wartawan di kantornya, Selasa (7/11).
Menurut data tingkat perceraian di Kabupaten Ponorogo termasuk tinggi, baik di tingkatan provinsi, maupun se eks Karesidenan Madiun. Pada 2006 ini, pendaftar perceraian mengalami kenaikan tajam. Untuk Juni, ada 80 perkara, Juli 84 perkara, dan Agustus 86 perkara.
Moh Fahrur mengatakan sebelumnya pihak PA memprediksi jumlah pendaftar perceraian akan mengalami penurunan menjelang dan saat bulan suci Ramadan tiba. Kemudian, akan mengalami kenaikan drastis pasca-lebaran.
"Selain faktor malu, penundaan pendaftaran perceraian itu dilakukan kemungkinan karena alasan biaya. Sementara biaya dialihkan untuk berlebaran," jelasnya.
Prediksi itu terbukti, bila dilihat dari data sementara hari efektif kerja kantor PA pascalibur Lebaran. Pada hari pertama, Senin (6/11) lalu jumlah pendaftar perceraian mencapai delapan orang. Sedang hari kedua, Selasa, naik drastis hingga mencapai 17 orang.
Padahal bulan puasa jumlah pendaftar perkara perceraian hanya 49 kasus.
Menurut Fahrur, ada dua hal kuat yang selama ini melatarbelakangi kenaikan tersebut. Antara lain kurangnya tanggung jawab dan kurangnya keharmonisan dalam rumah tangga. Sedangkan masalah yang didaftarkan, kebanyakan hanya empat jenis. Yaitu gugat cerai, talak suami, dispensasi dan poligami.
"Terbesar adalah cerai gugat yang dilakukan para istri. Jumlahnya dua kali lipat dari perkara dengan jenis masalah cerai talak yang dilakukan para suami," tambahnya.
Pada Juni, cerai talak 27 perkara, Juli 23 perkara dan Agustus 25 perkara. Cerai gugat, jumlahnya 50 lebih tinggi. Juni mencapai 49 perkara, Juli 56 perkara dan Agustus 57 perkara. Sementara itu sampai Oktober (bulan Puasa), yang diputus mencapai 53 perkara dari jumlah total 218 perkara, sebayak 169 di antaranya sisa perkara bulan sebelumnya.
"Kalau dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur jumlah tersebut masih lebih tinggi dari Kabupaten Malang, Banyuwangi dan Jember. Tapi kalau se eks Karesidenan Madiun kita nomer dua setelah Kabupaten Ngawi. Dan tampaknya dari waktu ke waktu semakin meningkat," jelasnya. (AG/OL-02). Selasa, 07 November 2006 20:58 WIB
KEBAKARAN HUTAN DI PONOROGO MASIH BERLANGSUNG
Metrotvnews.com, Ponorogo: Kebakaran hutan di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur masih terus berlangsung. Kali ini, kebakaran terjadi di Gunung Kepyor, Desa Ringin Anom, Kecamatan Sambit, Ponorogo. Pada kebakaran itu, api cepat menyebar karena kencangnya tiupan angin di musim pancaroba.
Warga setempat telah berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya. Namun upaya tersebut tidak mampu memadamkan api karena kencangnya angin dan sulitnya akses menuju lokasi. Selama musim kemarau tahun ini, ratusan hektare tanaman hutan lindung hangus terbakar. Karenanya, Perhutani mengaku rugi hingga ratusan juta.(NTF)
12/11/2006 20:05 - Nusantara/Headline News
PULUHAN HEKTARE HUTAN DAMAR DI PONOROGO TERBAKAR
Metrotvnews.com, Ponorogo: Puluhan hektare hutan damar di kawasan Bukit Jatipoko, Ponorogo, Jawa Timur, hangus terbakar. Berdasarkan pemantauan, Selasa (7/11), kebakaran terjadi di empat kecamatan, yakni Kecamatan Jambon, Bungkal, Ngrayun, dan Kecamatan Pulung.
Kebakaran sudah berlangsung dua hari. Namun, hingga kini, belum ada usaha untuk memadamkan api karena lokasi yang sulit terjangkau. Diduga, kebakaran disebabkan gesekan dahan kering tanaman damar yang mudah terbakar. Angin yang bertiup kencang juga mengakibatkan api cepat membesar.
Menurut warga setempat, kebakaran seperti ini terjadi hampir setiap tahun. Dalam sebulan terakhir, telah terjadi beberapa kali kebakaran yang menghanguskan puluhan hektare hutan damar dan pinus di Bukit Jatipoko dan sekitarnya.(****/BEY)
Langganan:
Postingan (Atom)