Senin, Januari 22, 2007

Larungan di Danau Ngebel

Sebelum Dilarung, Diarak Keliling Telaga
sekilas info :
Berhubung team yang meliput Larungan terlambat, jadinya pas sampai di Ngebel upacara sudah selesai tapi sebagai obat rindu rekan rekan berikut foto Danau Ngebel setelah larungan kemarin tgl,20 Januari 2007.(Foto by Mr. Rahmat, thanks bro! )
Free Image Hosting at www.ImageShack.us Free Image Hosting at www.ImageShack.us Free Image Hosting at www.ImageShack.us Free Image Hosting at www.ImageShack.us
nah kalo yang dibawah ini anggota team liputan he he he...
dari kiri ke kanan: Rahmat,Bagus, Atun , Ms. Errine, Wawan, Sugi-Ono, Must Prie
Free Image Hosting at www.ImageShack.us

Larung Risalah di Ngebel Dipadati Ribuan Warga
PONOROGO - Gong acara tradisi Grebeg Suro di Ponorogo berupa larung risalah doa, kemarin digelar. Prosesi yang dilakukan di telaga Ngebel ini dipadati ribuan warga baik dari dalam maupun luar kota Ponorogo. Mereka ingin menyaksikan proses larungan yang diawali dengan membawa tumpeng raksasa keliling pinggir telaga sejauh 5 kilometer.

Sejak pagi, dua pintu masuk telaga Ngebel sudah dipenuhi deretan kendaraan roda dua maupun rombongan dengan mobil. Kendaraan menuju lokasi acara, tepatnya di dekat lapangan, tampak membentuk iring-iringan seperti ular. Cuaca mendung sebelum acara dimulai, bahkan sempat turun hujan gerimis sejak pukul 10.00 WIB, tak menyurutkan niat pengunjung.



Beruntung, sekitar pukul 12.00 WIB hujan mulai reda dan prosesi upacara segara dimulai. Iring-iringan gamelan gending Jawa mewarnai acara sakral tersebut. Selanjutnya, seorang petugas khusus yang mendapat mandat untuk membawa risalah doa segera maju ke arena persis di depan pintu paseban pinggir telaga.

Sementara tumpeng raksasa setinggi 2 meter ikut mendampinginya sebelum diarak keliling telaga. Setelah satu jam lebih, mengelilingi telaga, tumpeng beserta risalah doa tadi dibawa perlahan-lahan ke arah telaga. Hujan gerimis yang mulai turun lagi tidak menghambat acara yang dipenuhi penonton ini.

Sarkun, 48 tahun yang selama ini selalu menjadi langganan untuk menenggelamkan tumpeng sudah siap dengan tugasnya. Setelah melakukan doa, dia membawa tumpeng ke tengah telaga dengan perahu getek. Perlahan-lahan tumpeng pun tenggelam ke dasar telaga. "Dengan larung risalah ini diharapkan semoga apa yang kita kerjakan bisa diridloi Allah SWT. Termasuk untuk objek wisata Ngebel ini tentunya," kata Luhur Karsanto, Ketua Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional (FRN) XIII tahun 2007. (tya)

Rabu, Januari 17, 2007

Grebeg Suro & Festival Reog Nasional XIII

Gong Grebeg Suro Ditabuh

PONOROGO - Grebeg Suro memang identik dengan Ponorogo. Kemarin, gong Grebeg Suro dan Festival Reyog Nasional (FRN) XIII, ditabuh. Berbagai atraksi dan tarian tradisional serta pesta kembang api, menandai berlangsungnya agenda tahunan yang dibuka langsung staf ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Multikultural, Fadjria Novara Manan di panggung utama Alun-alun Ponorogo.

Sejumlah tari-tarian yang menggambarkan tentang khasanah budaya Kota Reog mengawali acara pembukaan di atas panggung raksasa yang sengaja di desain begitu spektakuler. Dalam acara untuk menyambut tahun baru Islam 1 Muharam 1427 Hijriah tersebut, puluhan penari unjuk kebolehan. Yang menarik, hampir semuanya adalah kreasi seniman asli Ponorogo.


Seperti dikatakan Luhur Karsanto, Ketua panitia Grebeg Suro dan FRN XIII, acara ini bukan sekadar hiburan msyarakat. Tapi juga untuk promosi pengenalan objek wisata budaya, wisata alam dan religi. "Tentunya semuanya ini juga diharapkan bisa memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat dan pendapatan asli daerah," kata Luhur dalam sambutannya.

Grebeg Suro dan FRN XIII dengan mengambil tema "Dengan Perayaan Grebeg Suro 2007 dan Festival Reyog Nasional ke XIII Kita Tingkatkan Persatuan dan Kesatuan Demi Terwujudnya Masyarakat Ponorogo Mukti Wibowo," berlangsung mulai 3 sampai 28 Januari 2007. Disamping berbagai kegiatan yang saat ini berlangsung seperti istighotsah, simaan Alquran, MTQ, lomba kerawitan, pemilihan duta wisata Kakang-Senduk, pameran bunga, festival musik, juga road race. Sementara acara puncak berupa kirab pusaka dan larung risalah di telaga Ngebel, juga menjadi andalan dalam rangkaian acara Grebeg Suro. Sedangkan 31 grup reog dari berbagai daerah se-Indonesia ikut meramaikan dalam FRN XIII, seperti dari Lampung, Muara Enim, Tanjung Pinang, Balikpapan, Gunung Kidul, Magelang, Kediri, Surabaya dan tuan rumah Ponorogo sebanyak 13 grup.

Selanjutnya, acara pembukaan dilakukan Fadjria Novara Manan dengan mengayunkan Pecut Samandiman, sebagai pertanda dibukanya Grebeg Suro dan FRN XIII. "Kita harapkan acara ini bisa ditingkatkan lagi untuk tahun-tahun mendatang. Karena ini aset budaya bangsa," kata Fadjria.

Sedangkan Bupati Muhadi Suyono mengatakan kegiatan ini dapat diselenggarakan walaupun akhir-akhir ini bangsa Indonesia sering dilanda musibah di berbagai daerah. "Semoga duka dan derita itu segera berlalu dan semoga Allah SWT selalu dapat memberikan kekuatan," kata bupati. Puncak acara pembukaan kemarin ditampilkan tiga grup reog. (tya)

Jumat, Januari 05, 2007

Aneh, SE Bupati Ada Dua Versi

Jumat, 05 Jan 2007
PONOROGO - Diduga lantaran amburadulnya sistem administrasi, Surat Edaran (SE) Bupati Ponorogo tentang pemakaian baju khas warok ternyata ada dua versi. Jika sebelumnya menyebutkan bahwa himbauan kepada semua pihak untuk memakai baju khas Ponorogo mulai tanggal 2 Januari, ternyata ada surat lain yang diterima sejumlah instansi dan dinas mulai tangal 8 Januari. Sehingga wajar saja jika terkesan tidak diindahkan.


Melihat kenyataan ini, beberapa dinas sempat kaget. Bahkan, Gunardi, Kepala Dinas Pariwisata kemarin langsung melakukan klarifikasi dengan SE Nomor 003.1/963/405/2006 tertanggal 22 Desember 2006 yang berlaku efektif sejak tanggal 2 Januari. "Itu kabar dari mana. Karena sesuai surat yang kita terima mulai efektif tanggal 8 Januari," ungkapnya.
Karena sudah ada bukti yang dikirimkan ke sejumlah instansi, akhirnya siang harinya Gunardi langsung melakukan cross check. Hasilnya, ada kesalahan teknis yang terjadi hingga muncul dua surat. Sayang dia tidak menyebutkan bentuk kesalahan tersebut.

Begitu juga ketika koran ini berpapasan dengan Sujarno, Asisten Administrasi Sekkab saat sidak di lapangan Bonrojo kemarin. "Saya juga kaget, kok ada SE Bupati soal pemakaian baju warok mulai tanggal 2 Januari. Padahal yang benar itu 8 Januari," tegas Sujarno yang juga Ketua PB Pelti Ponorogo ini. Yang jelas, SE Bupati yang menyebutkan pemakaian baju warok dalam rangka perayaan Grebeg Suro tahun 2007 diberlakukan mulai tanggal 2 Januari hingga 20 januari sudah mulai beredar. Bahkan beberapa instansi swasta juga telah menerimanya. Kendati sebelumnya, Sekkab Luhur Karsanto secara tersirat mengatakan bahwa untuk kalangan di lingkungan pemerintahan mulai efektif minggu depan.
Sementara sosialisasi pemakaian baju warok sudah mulai terlihat. Seperti dilakukan petugas SPBU di Asem Buntung, hampir semuanya memakai baju khas hitam-hitam di padu kaos lorek di dalamnya saat melakukan aktivitasnya. (tya)


Baru Sehari Diduduki, Kursi Kadiknas Digoyang

Jumat, 05 Jan 2007
PONOROGO - Belum ada sehari menduduki jabatan Kepala Dinas Pendidikan (Kadiknas) Ponorogo, posisi Dwikora Meinanda sudah digoyang. Lantaran, status Dwikora yang sebelumnya sebagai pejabat fungsionl yakni Kepala Sekolah (Kepsek) di SMK dengan mudah melimpah ke jabatan struktural menduduki sebagai kadiknas. Beberapa persyaratan yang telah digariskan dalam Permendagri Nomor 5 tahun 2005, ditengarai juga belum terpenuhi semuanya.

Kritikan tajam kemarin diungkapkan Tabris Thaib, Ketua LSM Bhakti Nusantara setelah ada mutasi baik eselon II dan III di lingkungan Pemkab Ponorogo. "Khususnya jabatan Kadiknas yang sudah terisi, saya melihat bupati telah melecehkan Kepmendagri Nomor 5 tahun 2005 yang mengatur tentang pedoman penilaian calon sekkab dan pejabat struktural eselon II," kata Tabris, kemarin.

Mestinya, lanjut dia, Bupati lebih jeli ketika akan mengisi jabatan di eselon II termasuk pergerakan gerbang mutasi yang tidak asal-asalan. "Apakah bupati belum melihat secara utuh peraturan tersebut atau bagaimana, ini yang perlu kita pertanyakan," ungkap pensiunan PNS ini.
Menurut dia, sesuai beberapa pasal yang tersirat dalam permendagri tersebut sudah jelas persyaratan yang harus dimiliki seorang calon pejabat yang akan menduduki jabatan di tingkat eselon II. Salah satunya, calon pejabat struktural eselon II sekurang-kurangnya pernah menduduki 2 jabatan struktural eseloan III yang berbeda. "Nah, saya ingin tanya, apakah saudara Dwikora sudah pernah menduduki yang dimaksud," tegasnya.
Demikian juga terkait dengan pedoman penilaian calon pejabat struktural eselon II, terutama menyangkut riwayat dan relevansi jabatan pada unit organisasi yang berbeda, juga sempat diungkit. Tabris menduga dari empat jabatan yang pernah di duduki, kemungkinan belum pernah dilakukan. Begitu juga pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang didasarkan pada diklat kepemimpinan, kemungkinan masih nol. "Ini yang perlu kita cross check," tukasnya.
Mutasi eselon II dan III kemarin lusa langsung dilakukan Bupati Muhadi Suyono. Selain melakukan perpindahan pejabat dengan maksud penyegran juga promosi dan mengisi jabatan yang kosong. Termasuk jabatan kadiknas yang sebelumnya di pegang Sujono yang sudah memasuki usia pensiun.

Sedangkan Sutiyas Hadi Riyanto, ketua Komisi D DPRD setempat justru berseberangan dengan Tabris. "Saya justru salut dengan mutasi kali ini. Terutama pengisian jabatan kadiknas yang benar-benar sudah memenuhi syarat," ungkapnya bersayap. Kurang jelas, apakah ungkapan anggota FPDIP ini ada muatan politis atau sekadar sindiran saja. (tya)

Wisata Danau Ngebel Part II

di depan Danau
Free Image Hosting at www.ImageShack.us diatas perahu Free Image Hosting at www.ImageShack.us Free Image Hosting at www.ImageShack.us
Nih gambar lanjutannya ,

Free Image Hosting at www.ImageShack.us Free Image Hosting at www.ImageShack.us Free Image Hosting at www.ImageShack.us
kalo yang ini dah di taman Alun alun
Free Image Hosting at www.ImageShack.us Free Image Hosting at www.ImageShack.us Free Image Hosting at www.ImageShack.us


Kesan di sana seh ,udaranya sejuk dan segarrr... pa lagi airnya mak nyus seger tenan.
masih orisinil belum banyak bangunan di sekitarnya, pa lagi hotel/penginapan kayaknya belum ada, jalan menuju ke Ngebel sempit dan berliku - liku, jadi bagi yang belum pernah ke sana harap hati - hati banyak tikungan tajam.

Suasana yang tenang, adem dan seger sayangnya terganggu ulah pengunjung yang kebanyakan pemuda , bergerombol di warung warung kopi yang banyak tersebar di sekelililng danau yang kurang bersahabat, banyak yang sering godain pengunjung yang jalan-jalan. Pernah aku ke Masjid mau sholat eh di kamar mandi dan tempat wudhunya di tongkrongin gerombolan pemuda yang berwajah seram seram, nggak ramah blass pegang toples diisi uang seribuan, dah paham kan maksud mereka..?
cukup bilang mas... sambil ketok2 toples dah dapet uang...
nih belum lagi kalo di jalan, banyak yang ngebut pakai motor, dah tahu daerah wisata masih aja ngebut.. jadinya nggak nyaman banget kesimpulannya.
so.. bagi yang mau ke sana saran nih, jangan berduaan, bawa rombongan dan kalo bisa ada cowoknya biar mereka agak ragu kalo mau godain or ngerjain pengunjung terutama wanita.

Kamis, Januari 04, 2007

Wisata Danau Ngebel

Nih gambar terakhir yang akau ambil pas liburan akhir tahun bersama keluarga.
nih foto danaunya pas mau naik perahu.. liat airnya, tenang dan indah yaa.....

kalo yang ini dah di atas perahu












Rabu, Januari 03, 2007

Antisipasi Longsor Jalur Ponorogo-Pacitan

Rabu, 03 Jan 2007

Tahun 2006 Ada 88 Titik RawanPACITAN -
Menghadapi musim penghujan, jalur utama Pacitan-Ponorogo merupakan jalur rawan longsor. Untuk itu, Badan Pemeliharaan Jalan (BPJ) Pacitan, sudah melakukan berbagai antisipasi di titik-titik rawan. "Kita sudah mempersiapkan peralatan berat dan melakukan koordinasi dengan dinas terkait maupun polsek setempat," kata Darno, Kepala Seksi Jalan BPJ Pacitan, kemarin.


Sebagai ilustrasi, Darno memaparkan, musim penghujan tahun lalu di jalur tersebut terdapat sekitar 88 titik longsoran. Kondisi itu tidak saja menghambat arus lalu lintas atau pun membahayakan pengguna jalan. Namun, juga memerlukan penanganan serius dan dukungan anggaran yang tidak sedikit. "Untuk menangani gunturan tahun lalu mengeluarkan anggaran dana sekitar Rp 153 juta," imbuh Darno.

Tahun ini, menurutnya, jumlah gunturan di titik rawan bisa bertambah banyak lagi. Pertimbangannya, musim kemarau yang cukup panjang, konstruksi tanah (tebing pinggir jalan bekas pengeprasan) dan prediksi hujan deras pada bulan Januari-Februari. Dijelaskan, banyaknya gunturan di jalur tersebut disebabkan beberapa hal.

Selain tingkat kemiringan tebing, juga akibat pengeprasan tebing dilakukan dengan cara peledakan. Sehingga, membuat kontruksi tanah tebing terjadi perubahan, yakni pori-pori tanah membesar. Jika kena air, akan memicu terjadinya longsoran. "Memang, peledakan merupakan cara mengepras tebing yang kondisinya tanahnya cukup keras seperti di Pacitan."

Lebih lanjut, Darno mengungkapkan, saat ini, pihaknya sudah mendeteksi adanya gunturan di ruas 066,2 tepatnya di KM 248+200 di Desa Ngreco, Kecamatan Tegalombo.

Karena itu, bagi pengguna jalan perlu waspada jika melewati ruas jalan tersebut. Sedangkan empat titik rawan longsor, masing-masing di KMS Baya 230+700, 232+700, KM 239+300 dan KM 242+750, sudah ditangani semua. (wit)



Tiga Tahun Listrik Tak Menyala, Lapor Polisi

Sabtu, 30 Des 2006
PONOROGO - Puluhan warga Wates, Slahung, Ponorogo, kemarin nggerudug mapolres setempat. Mereka mengadukan kasus penerangan listrik di desanya yang tak kunjung menyala. Padahal, 112 kepala keluarga (KK) dari dua dusun di Wates itu telah membayar biaya pemasangan sejumlah Rp 1,6 juta. "Sudah tiga tahun lalu lunas," terang Mismo, mewakili warga yang lain.


Para calon pelanggan PLN yang kecewa itu sempat mengutarakan kekesalannya ke panitia dan instalatir CV SJ. Sesuai janji, bila biaya pemasangan yang diangsur tiga kali itu telah lunas, maka listrik segera menyala. "Belakangan, kami disuruh membayar biaya tambahan. Semuanya menolak, ini sudah termasuk penipuan" ungkap Supri, warga Wates lainnya.

Tak lagi sabar menunggu datangnya penerangan listrik selama tiga tahun, warga akhirnya memilih jalur hukum. Berlarut-larutnya kasus listrik itu juga memunculkan praduga buruk ke panitia. Warga mempersoalkan seretnya dana yang masuk ke CV. "Kami mengangsur tiga kali, tapi pembayaran ke CV dilakukan sepuluh kali," urainya.

Hanya saja, warga Dusun Joso dan Bedok itu mengaku tak memiliki akses informasi apakah namanya sudah masuk daftar di PLN hingga sewaktu-waktu listrik di rumah mereka dapat menyala. Yang terang, dengan membayar Rp 1,6 juta itu, baru instalatir yang terpasang. "Kalau hanya sambungan kabel, mau diapakan. Terpaksa nyalur listrik ke rumah yang lain," ungkapnya.

Kapolres Ponorogo AKBP Mukhlis AS melalui Kasat Reskrim AKP Edi Susanto membenarkan telah menerima pengaduan warga Wates tersebut. Sejumlah perwakilan warga kemarin juga langsung dimintai keterangan penyidik. Polisi juga akan memeriksa pihak terkait, mulai panitia sampai ke pihak instalatir. "Lihat dulu perkembangannya dari hasil pemeriksaan nanti," kata Edi saat ditanya langkah penyidik dalam menangani kasus ini. (hw)

Dana Kunker Jadi Sorotan

Terkait Pembahasan Draf RAPBD 2007, PAN Beri Warning PONOROGO - Di tengah pembahasan draf RAPBD 2007 Kabupaten Ponorogo yang saat ini sedang digodok di legislatif, DPD Partai Amanat Nasional (PAN) memberikan warning. Terutama menyangkut pos anggaran yang dianggap kurang memihak rakyat dan terkesan terlalu menggelembung. Tak segan-segan, partai berlambang matahari terbit ini juga sempat menyinggung anggaran perjalanan kunjungan kerja (kunker) DPRD yang dipandang masih sangat besar.


"Masukan ini sekaligus refleksi akhir tahun agar pembahasan RAPBD 2007 lebih efesien dan tidak terkesan menghamburkan uang rakyat," kata Agus Mustofa Latif, Ketua DPD PAN Ponorogo, kepada koran ini, kemarin.

Menurutnya, baik legislatif maupun eksekutif harus cermat untuk mengalokasikan anggaran yang telah ada di Dana Alokasi Umum (DAU). Terutama anggaran belanja, jangan sampai ada kesan aji mumpung dengan tetap memberikan porsi rata baik untuk di wilayah kota maupun pedesaan. "Pengalaman yang lalu bisa menjadikan cermin agar pembengunan tidak sampai njomplang," tegasnya.

Begitu pula alokasi anggaran perjalanan dinas eksekutif, kata dia, harus sewajar mungkin. Lebih jauh, Agus juga sempat menyindir perjalanan dinas kunker DPRD Ponorogo yang konon untuk tahun 2006 saja sebesar Rp 5 miliar. Kendati saat ini dewan telah diberi anggaran tersendiri, namun dipandang sangat besar. "Apa harus sebesar itu," jelasnya.

Untuk itu, lanjut dia,, dia akan memerintahkan anggota PAN di legislatif agar lebih mencermati alokasi dana kunker, apakah sudah realitis atau belum. "Akan lebih bermanfaat jika dikurangi dan dialihkan untuk kepentingan masyarakat secara nyata," tutur Agus

Secara terpisah, Sunarto, koordinator Mitra Sosial mengaku prihatin jika dewan masih saja mempertahankan besaran dana kunker untuk tahun 2007 seperti tahun sebelumnya. "Jujur saja, kalau selama ini dewan sering melakukan kunker, lalu mana hasilnya? Apa sudah dilakukan sosialisasi pada rakyat," ungkapnya. Dia sangat setuju jika anggaran kunker yang sudah dilakukan selama ini, bisa dipublikasikan penggunaannya. Kendati nantinya tetap dilakukan audit oleh BPK. "Sekarang pertanyaannya, berani nggak dewan memperinci anggaran yang sudah dipakai itu langsung pada publik?" tukas Sunarto. (tya)

Jefri; Siswa SDN di Ponorogo yang Dicukur Ramai-Ramai, Bagaimana Kondisinya?

Sabtu, 30 Des 2006.
Sebelumnya Dikenal Periang, Sering Jawab Tidak Tahu Kasus Muhammad Jefri, siswa kelas IV SDN 1 Desa Bajang, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo yang dicukur ramai-ramai oleh teman sekelas atas perintah oknum gurunya, dipandang kebablasan. Pemerhati anak-anak dan perempuan, termasuk ahli psikolog menilai, kondisi Jefri mengalami neorotik atau depresi berat. Benarkah cara tersebut dipandang sebagai bentuk pendidikan terhadap anak?

BUDI SEYAWAN, Ponorogo
RUMAH yang menghadap ke selatan di barat perempatan Desa Bajang, Kecamatan Mlarak, siang itu, terlihat sepi. Sebuah huller keliling parkir di depan rumah tanpa ada aktivitas. Begitu menginjakkan kaki di teras rumah, beberapa kali diketok tidak ada yang membukkan pintu.

Selang beberapa saat, seorang tetangga muncul sambil mengendong anaknya menyapa kedatangan koran ini. "Cari siapa Mas," katanya penuh keramahan ala pedesaan. Setelah mengutarakan maksud kedatangan untuk menemui Mochammad Jefri yang menjadi korban arogansi oknum guru kelas, tak beberapa lama nama yang dimaksud muncul. Masih mengenakan pakaian seragam merah putih, dia langsung duduk di kursi untuk menerima kedatangan koran ini. Saat itu, wajah Jefri tampak pucat ketakutan. Matanya terlihat merah serta di kepalanya masih terlihat bekas bekas hukuman cukur yang dijatuhkan sang guru dan sejumlah teman sekelasnya.

Didampingi beberapa anggota Komite Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA) dan Forum Lintas Pelaku (FLP) serta psikolog dari RSUD dr Harjono, rombongan juga disambut seorang perempuan yang memasuki usia senja bernama Sumi. Dengan tergopoh gopoh nenek Jefri tersebut langsung memberikan sambutan dengan mengulurkan tangannya yang terlihat keriput dan gemetar sembari mempersilahkan duduk diteras rumahnya serta mempertanyakan kedatangan kami, "Wonten perlu menapa (ada keperluan apa, red)?" ujar Sumi pelan.

Jefri, anak bungsu pasangan Purnomo-Sunarsih menjadi perhatian sejumlah elemen masyarakat setelah hasil pemeriksaan psikolog, ia diduga menderita depresi. Itu dialami setelah dia dicukur ramai-ramai temannya atas perintah guru berinisial DA lantaran ketahuan main biliar kendati di luar jam pelajaran. Padahal, kesalahan yang dilakukan Jefri, dinilai masih wajar. Selayaknya dilakukan anak seusianya karena terdorong rasa keingintahuan hal yang baru dan perkembangan paradigma masyarakat.

Psikolog RSUD Dr Harjono, Rahmadi Sularsoni, setengah berbasa-basi dan menanyakan pola makan sehari-hari untuk menghibur Jefri. Dari jawaban bocah yang sebelumnya dikenal periang itu jelas terlihat masih mengalami trauma berat pasca-hukuman tersebut. Tak jarang, seluruh pertanyaan yang dilontarkan rombongan dijawab dengan kalimat ’tidak tahu’. "Hal ini membuktikan bahwa Jefri mengalami gangguan neorotik. Jika dibiarkan akan berdampak buruk pada kondisi kejiwaanya," jelas dokter Soni, panggilan akrab Rahmadi.Usaha untuk melontarkan pertanyaan kepada Jefri akhirnya kandas. Ini setelah bocah 11 tahun yang kini berubah murung dan menutup diri itu, Jefri langsung beranjak pergi. Ketika dibujuk untuk menemui lagi, dia terlihat enggan. "Biarkan saja, jangan dipaksakan," jelasnya.

Menurut Soni, perlu ada langkah persuasif untuk mengembalikan perkembangan mentalnya. "Minimal, bagaimana dia tidak takut lagi menghadapi perempuan sebaya gurunya atau juga teman-temannya," ungkapnya.Sementara, menurut Indri, aktivis dari KPPA Ponorogo, mengatakan apupun alasannya menghukum siswa bahkan memerintahkan murid lain untuk "menggunduli" rambut jelas dinilai salah dan sangat tidak mendidik. "Selain itu, model hukuman semacam ini juga bisa berdampak buruk pada perkembangan kejiwaan sang anak yang dihukum serta anak-anak lainnya," tegas Indri. Mestinya, guru harus bisa memberikan sanksi dalam bentuk peringatan. Bukan malah "mencederai" mental anak yang dipandang masih belum tegar ketika menghadapi permasalahan. Apalagi, jika merasa bersalah di hadapan teman-temannya. "Kalau teman-temannya ikut menghukum, itu dirasakan ada kesalahan yang berlipat-lipat atas perilaku yang dilakukan," ungkapnya. Dia berharap agar kasus ini bisa menjadi pelajaran para tenaga pendidik lain agar tidak sembarangan menerapkan hukuman yang bisa membahayakan mental anak didik. ***

Selasa, Januari 02, 2007

Selamat Tahun Baru 2007




(KapanLagi.com)


Segenap team corat coret mediawarok, mengucapakan :

"SELAMAT TAHUN BARU 2007"

Semoga tahun ini kita bisa menjadi lebih baik , amien