Rabu, Agustus 09, 2006

Mengasihani Diri Sendiri

Sourch : Suara Merdeka Cyber News

semoga bermanfaat;


Menghasihani Diri Sendiri

Oleh : Prie GS.


Mengasihani diri sendiri adalah soal yang luar biasa penting juga definisinya adalah sebagai berikut: yakni melindungi diri dari segala macam ancaman kerusakan lahir-batin. Bertolak dari rumusan ini, maka tampak jelas, betapa banyak manusia yang tidak menyayangi dirinya sendiri. Banyak orang tidak menyayangi anak-anaknya, ada pemimpin tidak menyayangi rakyatnya, ada suami tidak menyayangi istrinya dan ada tetangga tidak menyayangi tetangganya.

Pendek kata sekali manusia gagal menyayangi dirinya sendiri, akan gagal pula ia menyayangi orang lain, tak peduli itu anak, istri dan saudaranya. Mau bukti? Sekarang ini tidak susah mencari orang tua yang membiarkan anak-anaknya bermotor tanpa helm dan hidup di jalan raya nyaris tanpa mengindahkan peraturan. Oya, pada saat kolom ini ditulis, di kota saya malah sedang musim anak-anak muda mengendarai motor di malam hari tanpa lampu. ''Lebih gaul,'' katanya.

Anak-anak itu kadang masih demikian muda. Beberapa di antaranya seumur SMP, beberapa lain malah masih SD. Betapa masih sangat otoritatif sebetulnya orang tua memegang kendali atas mereka. Maka jika anak-anak ini bertingkah selebor di jalanan, pasti karena di rumah, mereka pasti mendapat banyak sekali kelonggaran.

Sekarang juga tak sulit mencari istri yang gagal menyayangi suami. Terbukti banyak para suami masuk penjara gara-gara kasus korupsi. Apa hubungannya? Besar sekali. Disinyalir sembilan dari sepuluh istri paham betul berapa gaji suami. Maka jika suami memberi duit banyak sekali jauh di luar gaji tanpa jelas asal-usulnya, banyak istri bukannya curiga tapi langsung bahagia. Mereka malah kompak secara bersama-sama menaikkan derajat konsumsinya, menaikkan standar kemewahannya. Baru kemudian setelah standar itu meninggi dan tak bisa diturunkan lagi, duit itu bercerita tentang kelahirannya. Ternyata ia hasil dari "mark up", hasil selisih dari pembukuan ganda, komisi proyek tanpa tender dan operasional fiktif. Pendek kata ada istri yang ikut berjasa mengirim suaminya ke penjara, tepat ketika sang suami hendak menikmati masa pensiunnya.

Semua jenis huru-hura ini jika diteliti ujung-ujungnya hanya karena banyak manusia gagal iba pada dirinya sendiri. Kepada perutnya dijejalkan bermacam-macam jenis makanan yang ukurannya adalah keenakan bagi lidah, tapi berbahaya bagi tubuh. Perutnya diperlakukan serupa tong sampah tempat penampungan apa saja, untuk memroduksi kotoran yang menjalar ke seluruh pembuluh darah dan menjelma menjadi beragam-ragam penyakit.

Banyak manusia yang berlaku kejam pada dirinya sendiri karena gemar menernak kedengkian di dalam hati. Maka kemana pun ia memalingkan wajahnya, yang ia jumpai melulu kemarahan belaka. Melihat ke televisi, ia cuma melihat sederetan orang-orang yang menurutnya lebih beruntung dan membuatnya nelangsa. Berjalan di mal-mal, ia melihat keluarga yang rasanya lebih bahagia, lebih sukses, dan lebih banyak belanjaannya. Seluruh pemandangan di sekelilingnya tak lebih hanya pameran keberuntungan dengan dia berada di tengah sebagai pusat derita.


Orang-orang yang kejam kepada diri sendiri ini amat gemar menyemai dengki di dalam hati tanpa menyadari betapa perasaan itu akan segera menjalar dengan gembira menggerogoti apa saja seperti kanker memangsa tubuh, seperti api melahap kayu, seperti garam mengeroposkan tulang, benalu mematikan pepohonan dan seperti ketegangan pikiran yang mempercepat rambut jadi ubanan. (Prie GS)


Tidak ada komentar: